Tepatkah Berhenti Bekerja Tanpa Backup Plan?

Tepatkah Berhenti Bekerja Tanpa Backup Plan?

Opini

nouranoor.com – Sering kali kita berhadapan dengan posisi harus memilih untuk melanjutkan atau berhenti bekerja. Banyak sekali hal yang menjadi faktor pertimbangan mulai dari gaji tidak sepadan, lingkungan kerja toxic, beban kerja berlebih, dan sebagainya.

Namun kita perlu melihat fenomena yang cukup unik di sini. Seperti kita ketahui, saat ini mencari pekerjaan baru bukanlah hal yang mudah. Dengan kata lain jumlah lowongan pekerjaan dan pencari kerja tidak seimbang. Tetapi, di satu sisi banyak recruiter yang mengeluhkan susahnya mencari pekerja ketika membuka lowongan.

Maka mungkin bisa kita simpulkan, antara supply (calon pekerja) dan demand (lowongan pekerjaan) ada ketidakseimbangan bukan dari segi quantity (jumlah) namun quality (kualifikasi). Fenomena ini juga harus menjadi perhatian, untuk menambah kesadaran kita akan fakta di lapangan.

Jadi saat kita berhadapan dengan dilema untuk berhenti bekerja, bukan hanya faktor pribadi yang menjadi pertimbangan tetapi juga kondisi umum dunia kerja di wilayah kita. Untuk menjawab, apakah tepat berhenti bekerja tanpa backup plan? Tentunya kita bisa melihat beberapa hal ini sebelum mengambil keputusan.

Faktor Pertimbangan

Di era media sosial saat ini, kita menjadi lebih aware akan kualifikasi sebuah pekerjaan ‘sehat’. Terutama fenomena ini terjadi pada generasi Z (Gen Z) dan milenial, yang menjadi lebih kritis akan standar kualifikasi pekerjaan.

Tentu saja hal ini semakin meningkatkan kesadaran pekerja muda akan faktor apa yang perlu dipertimbangkan untuk melanjutkan atau berhenti dari sebuah pekerjaan. Secara umum beberapa faktor berikut ini yang sering menjadi pertimbangan.

Baca Juga:  AoD: Jangan Dengarkan Siapa Yang Mengatakan

Tidak ada ruang berkembang

Di saat kita merasa stagnan, atau tidak ada lagi tantangan dan ruang belajar untuk naik level, ini bisa menjadi pertimbangan untuk berhenti bekerja. Karena jika pun lanjut, kemungkinan besar untuk promosi atau kenaikan jenjang karir sangatlah kecil.

Lingkungan kerja toxic

Tanda dari lingkungan kerja yang toxic mulai dari budaya kerja yang penuh drama, banyak intimidasi, hingga persaingan tidak sehat. Tentunya ini sangat mempengaruhi kinerja kita, bahkan yang terburuk kita bisa terpapar hal-hal negatif tersebut.

Sering mengorbankan kesehatan

Ketika beban pekerjaan terlalu tinggi, tekanan mental semakin bertambah tentunya akan sangat mempengaruhi kesehatan. Terlebih ketika waktu libur, sering sekali pekerja masih harus tergangu oleh pekerjaan kantor. Walaupun sekadar mengecek email atau menjawab pesan grup kantor, itu sudah cukup mengganggu me time. Terlebih tunjangan untuk pekerja sangan minim terutama untuk tunjangan kesehatan.

Turn over rate tinggi

Banyaknya pekerja yang memutuskan untuk resign, ini bisa menjadi pertanda adanya masalah dalam manajemen. Ini bisa menjadi pertimbangan, karena cepat atau lambat akan berdampak pada kita sendiri, seperti beban pekerjaan yang bertambah.

Gaji tidak memenuhi kebutuhan

Di tengah inflasi saat ini, menjadi sangat standar memiliki pekerjaan dengan gaji yang mampu memenuhi kebutuhan. Namun jika kebutuhan saja tidak terpenuhi, rasanya untuk mempertahankan sebuah pekerjaan terasa berat.

Hal yang Perlu Disiapkan

Setelah mempertimbangkan faktor-faktor di atas, tentunya sudah memberikan kita cukup alasan untuk berhenti dari pekerjaan. Namun sebelum itu perlu ada hal yang dipersiapkan, mulai dari kesiapan finansial, skill, hingga rencana pekerjaan baru.

Semua persiapan ini sangat penting, terlebih ketika kita memiliki keluarga yang menjadi tanggungan. Berhenti bekerja tanpa persiapan tentu bisa, namun memiliki risiko yang cukup tinggi.

Baca Juga:  Mengapa Saat Diperintah Kita Menjadi Enggan Mengerjakan?

Berikut ini hal-hal umum yang perlu kita persiapkan:

  • Memiliki dana darurat minimal 3-6 bulan dan melunasi hutang atau cicilan
  • Persiapkan portofolio pekerjaan
  • Mempunyai satu skill utama
  • Membuat rencana selanjutnya (bisnis, studi, atau pekerjaan lainnya)
  • Persiapan mental dan emosional

Kesimpulan

Pada akhirnya, jika kita sadar akan tanggung jawab minimal pada diri sendiri tentunya tidak akan benar-benar bisa berhenti bekerja tanpa backup plan. Setidaknya akan ada satu rencana cadangan yang akan kita pegang.

Sebelum memutuskan untuk resign, tentunya kita juga harus memastikan apakah faktor-faktor yang mempengaruhi sudah tepat. Jangan sampai mengambil keputusan hanya karena faktor emosional sesaat.

Sebagai contoh, baru sekali mendapat teguran dari atasan langsung merasa lingkungan kerja toxic. Faktor yang akan kita jadikan pertimbangan haruslah memenuhi skala tertentu. Mengambil keputusan secara bijak sangatlah penting, bukan sekadar mengikuti emosi sesaat.

Kenali betul sejauh mana kemampuan kita, dengan begitu kita akan tahu seberapa besar nilai dari value kita seharusnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *