nouranoor.com – Film animasi Jumbo kini tengah menjadi perhatian banyak kalangan, hingga ada satu kritik yang cukup menuai kontroversi yaitu dinilai menyentuh batas aqidah. Tentunya banyak netizen yang bereaksi keras atas kritikan tersebut.
Sebagian besar netizen menganggap, Jumbo merupakan film yang bergenre animasi fantasi yang tidak perlu dihubungkan dengan pandangan agama. Di sisi lain ada juga yang berpendapat bahwa kritik tersebut tidak sepenuhnya salah.
Di sini kita akan membahas lebih jauh, apakah sudah sesuai menilai Jumbo dengan menghubungkannya dengan suatu pandangan agama yaitu aqidah.
Apa itu Aqidah?
Sebelum membahas lebih jauh, kita akan bahas dulu apa itu aqidah. Aqidah merupakan perspektif atau pandangan dalam agama Islam. Aqidah adalah suatu keyakinan atau kepercayaan dasar seorang muslim (orang yang memeluk agama Islam-red) terhadap hal-hal pokok dalam agama.
Hal pokok dasar yaitu kepercayaan pada rukun iman yang meliputi beriman kepada Allah SWT, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari kiamat, qada dan qadar. Jadi yang utama dalam aqidah adalah mengimani Allah SWT sebagai Tuhan dengan berdoa atau meminta hanya kepada-Nya.
Menjaga aqidah bagi seorang muslim sangatlah penting, karena itu adalah dasar untuk menjalankan setiap aturan di agama Islam. Bahkan ada konsekuensi jika seorang muslim tidak menjaga aqidahnya.
Contoh, jika seorang muslim sampai berdoa atau meminta selain kepada Allah SWT maka mereka termasuk musyrik (orang yang menyekutukan Tuhan-red), dan tentunya hal itu melewati batas aqidah. Kosekuensinya bisa membatalkan keimanannya atau keluar dari agama Islam, hal tersebut tertuang dalam salah satu ayat di Al Quran (kitab suci umat Islam-red).
“Sesungguhnya barangsiapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka…” (QS. Al-Ma’idah: 72).
Jadi bukan sesuatu yang aneh jika melihat seorang muslim berhati-hati dalam aktifitasnya, contoh memilih film tertentu untuk ditonton karena ia khawatir jika mengimani apa yang ada di film tersebut.
Kita akan bahas apakah sudah tepat mengkritik film animasi Jumbo dengan membawa konteks aqidah.
Jumbo dan Aqidah
Jumbo adalah sebuah film animasi dengan kategori ‘semua umur’ yang artinya film ini sangat ramah untuk ditonton bagi anak-anak maupun orang dewasa. Premis film ini juga cukup ringan di mana menceritakan tokoh utama Don seorang anak yang ingin menjuarai pentas mendongeng dengan harapan teman-teman yang biasa merundungnya dengan memanggilnya Jumbo tidak melakukannya lagi.
Banyak pengamat yang memberikan apresiasi tinggi pada film Jumbo. Bahkan di media sosial banyak testimoni dari orang dewasa karena sangat tersentuh dengan film ini. Sesuai dengan pesan yang ada di trailer, film ini tidak hanya untuk anak-anak tetapi juga ‘anak-anak’ di dalam diri kita (orang dewasa).
Lalu dari banyaknya apresiasi dan testimoni, muncul satu testimoni yang mengatakan film Jumbo bagus namun menyentuh batas aqidah.
Alasan utamanya karena ada tokoh Meri, sosok yang lucu, lembut, dan baik namun merupakan hantu atau roh anak yang gentanyangan. Kemudian ada scene yang menggambarkan Don meminta bantuan Meri, begitu pula sebaliknya.
Ia menjabarkan di dalam Islam, orang yang sudah meninggal roh nya tidak akan kembali ke dunia (gentayangan) dan meminta bantuan kepada hantu adalah kesalahan. Dua poin tadi yang di notice sebagai hal yang menyentuh batas aqidah.
Jika kembali ke pembahasan awal, maka apa yang menjadi kritiknya tidak berlaku untuk umum namun kalangan tertentu saja (umat Islam). Jadi jika dikatakan kritiknya tepat jawabannya tentu tidak, namun apakah sepenuhnya salah jawabannya tidak juga.
Kita akan membahas perspektif atau cara pandang seperti apa yang perlu dipakai untuk menonton Jumbo. Lalu apakah sudah pasti menonton Jumbo membuat aqidah seorang muslim terganggu.
Perspektif Jumbo
Perspektif utama yang perlu kita pakai saat menonton Jumbo adalah melihat ini sebagai suatu karya seni. Seperti kita ketahui, karya seni merupakan hasil dari daya imajinasi yang luas dan tidak harus sama dengan realita atau kehidupan nyata.
Maka jika menggunakan perspektif ini, adanya tokoh hantu pada film Jumbo merupakan hal yang sah-sah saja. Lalu penggambaran Don yang meminta bantuan Meri dan sebaliknya, ini juga sudah banyak digambarkan pada film atau series di Indonesia, di antaranya ‘Jin & Jun’, dan ‘Tuyul & Mbak Yul’.
Tentunya jika kita melihat ini dengan perspektif Islam, tentu saja berlawanan dengan aqidah. Maka cukup melihat Jumbo sebagai suatu karya seni. Sebagai karya seni umumnya untuk menghibur serta melihat lebih dalam pesan positif yang ada pada film tersebut.
Jika melihat pada kehidupan nyata, memangnya ada manusia yang benar-benar berhasil meminta bantuan pada hantu?
Sampai saat ini tidak ada bukti konkrit yang menunjukkan manusia berhasil meminta bantuan pada hantu. Contoh kasus viral sebelumnya, ada seorang influencer yang menantang para dukun untuk menyantetnya. Namun faktanya beliau masih sehat hingga hari ini.
Balik lagi ke Jumbo dan aqidah, yang menurut saya pribadi seperti air dan minyak sampai kapan pun tidak bisa jadi satu. Karena dari penggunaan perspektifnya saja sudah beda.
Tapi ini ada perspektif unik dari akun TikTok @lajupeduliofficial, OST Jumbo ‘Selalu ada di nadimu’ lirik-liriknya berhubungan dengan ayat-ayat Al-Quran. Salah satu bagian liriknya yaitu ‘kala nanti badai kan datang’ ini gambaran dari ayat di surah Al-Baqarah.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit kekuatan, kelaparan, kekurangan harta. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS. Al-Baqarah 2:155).
Jadi bisa disimpulkan bagaimana menggunakan perspektif yang tepat itu penting untuk menemukan nilai-nilai positif dan negatif. Kemudian elaborasi keduanya, sehingga bisa menemukan secara utuh pesan yang sebenarnya ada dalam film Jumbo ini.
Fenomena Echo Chamber
Fenomena echo chamber menjadi sangat umum terjadi seiring perkembangan media sosial. Di mana algoritma dari media sosial yaitu menampilkan konten-konten yang sesuai dengan habit atau pencarian kita saja.
Maka kita jadi terjebak dengan hanya menerima informasi yang mendukung keyakinan kita sendiri. Hal ini bisa berdampak negatif, ketika ada orang yang menyampaikan informasi yang berlawanan dengan habit, maka kita akan langsung bereaksi keras dengan menolak bahkan menghujat.
Inilah yang terjadi pada orang yang mengatakan film Jumbo menyentuh batas aqidah. Banyak netizen yang menghujatnya secara berlebihan, padahal ia hanya menyampaikan perspektif dirinya sendiri.
Tentu saja boleh tidak setuju dengan pandangan orang lain, namun jangan sampai meyerang pribadinya. Berbeda penilaian pada satu objek bukankah hal yang lumrah, bahkan menjadi hal positif.
Dengan banyaknya penilaian yang berbeda, kita jadi tambah wawasannya. Seperti halnya ketika ada yang menggunakan kacamata kuda dan tidak, pastinya jangkauan pandangannya lebih luas yang tidak mengenakan kacamata kuda.
Jadi kesimpulannya jangan terburu-buru menghujat seseorang hanya karena beda perspektif. Lalu yang terakhir cukup menonton Jumbo sebagai karya seni, jika tidak bisa dan khawatir aqidahnya terganggu maka tidak perlu menonton.