AoD: Jangan Dengarkan Siapa Yang Mengatakan

AoD: Jangan Dengarkan Siapa Yang Mengatakan

Opini

nouranoor.com – Agree or Disagree (AoD) kali ini kita akan membahas pentingnya kritis dalam menerima informasi, jangan hanya karena siapa yang mengatakan tetapi apa yang dikatakan. Siapa yang menyampaikan informasi memang penting sebagai jaminan validasi, tetapi lebih penting adalah isi dari info tersebut.

Di lapangan kita sering sekali menjumpai orang-orang yang mudah percaya dengan informasi dari orang dengan latar belakang mentereng. Misalkan orang yang punya banyak gelar akademis, pejabat, abdi negara, pemuka agama, bahkan hanya karena pakaian yang mereka kenakan.

Pasti kalian sering dengar berita-berita orang yang tertipu hanya karena percaya tampilan orangnya saja. Misalkan berita, ‘seorang wanita tertipu puluhan juta oleh pria yang mengaku sebagai seorang anggota kepolisian. Lalu berita lain yang cukup menghebohkan pada 2017 yaitu dukun penggada uang dengan tampilan bak kiayi.

Itu beberapa contoh berita atas kejadian yang pernah terjadi ketika orang mendengarkan info hanya karena siapa bukan apa. Untuk lebih mengetahui seberapa penting hal tersebut, simak beberapa penjelasan di bawah ini.

Kisah ‘Pemabuk & Wanita Karir’

Pertama kita akan mulai dengan sebuah kisah sederhana antara seorang pemabuk dan seorang wanita karir. Pemabuk ini kita sebut A, dia ini sangat terkenal di tempat tinggalnya bukan karena prestasi tetapi kebiasaan buruknya.

Hampir setiap hari A terlihat mabuk dan nongkrong di pos ronda, entah itu malam atau pagi hari. Bahkan karena kebiasaan mabuk itu sudah sangat melekat pada A, orang-orang di sana sampai mengatakan jika ingin melihat dia tidak mabuk yaitu saat dia tidur.

Lalu ada si B seorang wanita karir, ia juga sangat terkenal di lingkungannya tentu karena prestasinya. Sejak duduk di bangku sekolah B terkenal sangat ambisius dalam mengejar apa yang ia impikan. Hingga kini B sudah memiliki karir yang mentereng tentu saja hal yang wajar, karena usahanya yang begitu keras.

Baca Juga:  Kaya Budaya Tata Krama tapi Mudah Mencela Orang Lain

Setiap hendak berangkat kerja B selalu berpapasan dengan A yang sedang mabuk di pos ronda tepat di ujung jalan lingkungan mereka. Ketika A menyapa, B selalu mengabaikannya seperti ia tidak mendengar apa-apa.

Sampai suatu hari B berangkat kerja lebih pagi dari biasanya, jalanan masih sangat sepi kendaraan yang lalu lalang pun hanya hitungan jari. B hanya berdiri di ujung jalan dengan fokus menatap layar smartphone, ia sedang memantau pergerakkan taksi online pesanannya.

Seperti biasa ada A yang selalu menyapa B sambil mabuk di pos ronda. Kali ini B merasa sapaan A sangat mengganggu, terlebih taksi pesanannya tak kunjung datang dan ia pun menyibukkan diri dengan mengecek medsosnya.

Tiba-tiba A berteriak ke arah B, ‘hey, awas mobil’. Sekali lagi B tidak menggubrisnya, bahkan berpikir A sudah gila karena jelas-jelas jalanan sangat sepi. Namun beberapa saat kemudian ada sesuatu yang menabrak B dari arah belakang hingga tubuhnya terpental jauh.

Sebulan berlalu, B hanya berbaring di atas kasur ruang perawatan rumah sakit. Dokter mengatakan B mengalami kelumpuhan dan membutuhkan waktu satu hingga dua tahun untuk pemulihan. Itu bukanlah yang terburuk, karir yang selama ini B bangun pun seketika hancur lebur.

B sangat menyesal dan selalu berandai, jika saja waktu itu ia mau mendengar perkataan A. Jika saja waktu itu ia menoleh sebentar untuk memastikan kata-kata A. Tentu saja semua kejadian buruk itu tidak akan menimpanya.

Pentingnya Berpikir Kritis

Dari cerita di atas, B yang seorang wanita karir merasa posisinya lebih tinggi dari pada A, hingga setiap kata-kata A bukanlah hal penting untuk ia dengarkan. Padahal ia bisa menghindari nasib buruknya dengan sekadar menoleh sebentar untuk memvalidasinya.

Sekali lagi pesan dari siapa bukanlah yang terpenting tetapi coba dengarkan apa isi pesannya agar tidak menyesal ataupun tertipu di kemudian hari. Kini kita bisa belajar betapa pentingnya mendengarkan apa bukan sekadar siapa yang mengatakan.

Baca Juga:  AoD: Mental Mengemis Dimulai Dari 'Meminta Angpao'

Berpikir kritis (critical thinking) menjadi salah satu kunci agar kita bisa memvalidasi atau mengevaluasi kebenaran suatu pesan. Dengan kita kritis, kita akan menjadi lebih objektif sehingga informasi yang kita terima tidak terpengaruh oleh bias atau asumsi seseorang.

Cara sederhana untuk kritis pada informasi yang kita terima yaitu dengan mempertanyakannya atau mendiskusikannya. Dengan begitu kalian akan mulai mencari tahu dan akan menemukan info tersebut valid atau tidak.

Jangan pernah menelan bulat informasi tanpa memvalidasinya terlebih dahulu, karena hal tersebut bisa menyesatkan kita. Sudah banyak orang tersesat atau tertipu karena enggan memvalidasi, tetapi hanya mementingkan siapa yang mengatakan langsung percaya.

Mulai dari sekarang jadilah seseorang yang kritis, selalu validasi setiap informasi yang kita terima. Jangan lagi sekadar mempercayai info berdasarkan siapa yang menyampaikan.

Agree or Disagree

Kesimpulan dari pembahasan kali ini bahwa ‘jangan dengakan siapa yang mengatakan tapi apa yang dikatakan’ adalah agree. Tentu kita harus objektif dalam menerima dan memvalidasi informasi apapun.

Alasan lainnya adalah sudah banyak kejadian orang tertipu dengan kasus yang berulang. Coba ingat sudah berapa banyak berita mengenai orang-orang percaya akan benda atau tempat yang memiliki daya magis. Mereka rela mengeluarkan uang untuk memperoleh benda itu atau berada di tempat itu.

Berita terbaru pasti kalian dengar, warga Pekalongan berbondong-bondong mengambil air dari sumber mata air gaib yang dianggap membawa berkah, padahal itu merupakan air dari PDAM yang bocor.

Tentunya sangat kita sayangkan hal seperti itu terus berulang terjadi di sekitar kita. Untuk membuat perubahan pada kebiasaan itu bisa mulai dari diri sendiri.

Lakukan langkah sederhana dengan dengarkan, validasi, dan tentukan aksi (reaction).

Jika kalian punya pendapat lain langsung saja share pada kolom komentar di bawah ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *