nouranoor.com – Beberapa waktu terakhir, semakin sering mendengar berita tentang DPR yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan tidak berbobot atas kritikan rakyat. Hal ini tentu membuat rakyat geram, dan mempertanyakan kualitas dari para anggota DPR.
Setelah ditelusuri, ternyata banyak anggota DPR yang memiliki latar belakang pendidikan tidak sesuai dengan tupoksinya. Bahkan lebih dari itu, dari segi jenjang pendidikan ada beberapa yang hanya sampai menengah atas.
Dari sini ramai masyarakat mewacanakan bagi para calon anggota DPR untuk memiliki jejang pendidikan S1 atau S2 sesuai dengan bidangnya serta meraih skor TOEFL minimal 500.
Tentu saja wacana ini menuai pro dan kontra dari beberapa kalangan. Pendapat kontra yang cukup terdengar yaitu klasifikasi ini bisa membatasi hak rakyat untuk menjadi DPR dalam menyampaikan aspirasi ke Pemerintah.
Namun di satu sisi, wacana ini cukup bagus untuk meningkatkan kualitas para anggota DPR. Terutama terkait kemampuan akan TOEFL.
Apa Itu TOEFL?
TOEFL (Test of English as a Foreign Language) adalah tes standar internasional untuk mengukur kemampuan bahasa Inggris seseorang yang bukan penutur asli. Tes ini menilai keterampilan utama meliputi Reading, Listening, Speaking, dan Writing dalam konteks akademik maupun komunikasi sehari-hari.
Tes ini sangat penting bagi mereka yang ingin melanjutkan studi, bekerja, atau bermigrasi ke negara-negara berbahasa Inggris. Sebuah lembaga pengujian dari Amerika Serikat ETS (Educational Testing Service) pertama kali mengembangkan TOEFL pada tahun 1964.
Awalnya, tes ini berbentuk Paper-Based Test (PBT) yang pengerjaannya menggunakan kertas dan pensil. Seiring perkembangan teknologi, muncul Computer-Based Test (CBT) pada akhir 1990-an.
Kemudian berkembang pada 2005 yaitu TOEFL iBT (Internet-Based Test). Jenis ini kini menjadi versi yang paling umum dan diterima luas di seluruh dunia karena lebih praktis, fleksibel, dan akurat dalam mengukur kemampuan bahasa Inggris.
Hingga kini, sudah lebih dari 11.000 institusi di lebih dari 150 negara yang menggunakan tes ini. Dengan reputasi panjangnya, tes ini telah menjadi salah satu standar emas dalam pengujian bahasa Inggris di dunia internasional.
Tentu standar TOEFL sangat tepat dan tidak berlebihan bagi para anggota DPR. Dengan aktifitas anggota DPR yang sering berkunjung ke luar negeri, jika memiliki kemampuan bahasa inggris yang bagus bisa lebih menyerap ilmu di sana untuk mengaplikasikan di tanah air.
Jenis-jenis TOEFL
TOEFL memiliki beberapa jenis yang bisa menjadi pilihan serta menyesuaikan dengan kebutuhan peserta. Setidaknya ada 4 jenis TOEFL, yang secara umum semuanya berfungsi untuk mengetes kemampuan dalam Reading, Listening, Speaking, dan Writing.
Berikut ini gambaran umum dari jenis-jenisnya:
1. TOEFL iBT (Internet-Based Test)
- Versi paling populer dan resmi saat ini.
- Pengerjaan secara online di test center resmi.
- Durasi: ± 2 jam.
- Skor: 0–120.
- Format: Reading, Listening, Speaking, Writing.
- Kelebihan: diterima hampir di semua universitas di dunia.
2. TOEFL PBT (Paper-Based Test)
- Versi lama, pakai kertas & pensil.
- Sekarang sudah jarang diadakan, hanya di beberapa negara yang internetnya terbatas.
- Durasi: ± 2,5 jam.
- Skor: 310–677.
- Format: Listening, Structure (grammar), Reading, Writing (TWE).
3. TOEFL ITP (Institutional Testing Program)
- Umumnya untuk keperluan lokal: syarat beasiswa dalam negeri, kenaikan jabatan, atau tes masuk universitas di Indonesia.
- Tidak untuk kuliah ke luar negeri.
- Format mirip PBT (Listening, Structure, Reading).
- Skor: 310–677.
4. TOEFL Essentials (baru dari ETS)
- Alternatif baru, lebih singkat (±1,5 jam).
- Pengerjaannya bisa secara online.
- Format lebih komunikatif (ada percakapan sehari-hari & akademik).
- Skor: 0–12 (per bagian), total 0–12 (lalu dikonversi ke skala CEFR).
- Masih belum sebanyak iBT dalam hal penerimaan global, tapi makin berkembang.
TOEFL vs IELTS
Selain TOEFL ada juga IELTS (International English Language Testing System) yaitu tes bahasa Inggris internasional yang dirancang untuk menilai kemampuan seseorang dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris, baik untuk tujuan akademik maupun non-akademik.
Tes ini mengukur empat keterampilan utama: Listening, Reading, Writing, dan Speaking. Perbedaan yang mendasar yaitu lembaga dan negara pengembangnya. TOEFL dikembangkan oleh ETS di Amerika Serikat, sedangkan IELTS dikelola oleh British Council, IDP: IELTS Australia, dan Cambridge Assessment English.
Dari segi penggunaan bahasa, TOEFL lebih banyak menggunakan aksen Amerika, sementara IELTS menggunakan berbagai aksen internasional seperti Britania, Australia, Kanada, hingga Amerika.
Selain itu, perbedaan lainnya terletak pada format tes. Tes IELTS Speaking, dilakukan secara tatap muka dengan penguji, sehingga terasa lebih personal dan interaktif dengan durasi sekitar 2 jam 45 menit. Dari sisi penilaian, TOEFL menggunakan skala 0–120 atau 310-677, sementara IELTS memakai skala band score 0–9.