nouranoor.com – Vasektomi ramai jadi perbincangan serta menuai pro kontra setelah akan menjadi syarat bagi keluarga penerima Bansos. Dedi Mulyadi Gubernur Jawa Barat, menyampaikan hal tersebut setelah ia banyak bertemu keluarga yang kurang mampu namun memiliki banyak anak.
Kehidupan anak-anak tersebut jauh dari kata layak, kekurangan gizi hingga putus sekolah. Tidak berhenti sampai di situ anak-anak tersebut bahkan harus bekerja, berjualan asongan demi membantu perekonomian keluarga.
Kondisi itulah yang membuat Gubernur Jawa Barat mengusulkan vasektomi, karena menjadi salah satu prosedur kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. Namun ide tersebut menuai penolakan dari berbagai pihak baik dari organisasi keagamaan maupun kementerian.
Mereka beranggapan syarat tersebut bisa melanggar hak privasi warga negara bahkan termasuk kategori haram karena bertentangan dengan syariat Islam. Di kalangan masyarakat sendiri ada yang pro dan kontra dengan prosedur vasektomi karena berbagai alasan.
Salah satu pemahaman keliru di masyarakat adalah pria yang mengikuti prosedur vasektomi tidak bisa lagi ejakulasi. Berikut penjelasan mengenai vasektomi.
Pengertian Vasektomi
Vasektomi merupakan prosedur pengendalian kelahiran atau kontrasepsi pada pria. Prosedur ini dilakukan dengan cara memutus penyaluran sperma ke air mani, sehingga saat mengeluarkan air mani tidak akan menghasilkan pembuahan.
Perlu kita ketahui, seorang pria yang melakukan vasektomi tetap bisa mengalami orgasme dan ejakulasi saat berhubungan seksual. Jadi tidak ada hubungan sama sekali antara kemampuan ejakulasi dengan vasektomi.
Vasektomi memiliki risiko komplikasi yang retalif kecil, dan untuk masa pemulihannya cukup cepat, serta sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Maka dari itu, vasektomi bisa jadi pilihan kontrasepsi bagi pasangan yang tidak berkeinginan memiliki anak lagi.
Untuk menjalani vasektomi sebaiknya menjadi kesepakatan bersama dengan pasangan, karena merupakan kontrasepsi permanen pada pria. Membuat keputusan matang serta pengetahuan yang cukup mengenai vasektomi sangatlah penting sebelum memilih prosedur ini.
Prosedur Vasektomi
Untuk menjalani prosedur vasektomi, dokter umumnya menganjurkan pada pria usia di atas 30 tahun dan sudah memiliki anak. Selain itu ada pertimbangan khusus bagi pria dengan kondisi medis tertentu, seperti:
- Sedang mengonsumsi obat antikoagulan dan antiplatelet, seperti warfarin atau aspirin
- Menderita infeksi kulit akibat kecelakaan atau memiliki luka parut pada skrotum
- Memiliki kelainan pada organ reproduksi, seperti varikokel atau hidrokel yang besar
- Menderita kelainan darah atau gangguan perdarahan
- Memiliki alergi atau sensitif terhadap anastesi lokal maupun antibiotik
- Pernah menjalani operasi pada alat kelamin
- Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi kelamin yang berulang
Sebelum melakukan vasektomi, tentu pasien akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh termasuk wawancara mengenai sejauh mana kesiapan pasien. Selain itu dokter juga akan menjelaskan secara detail mengenai prosedur vasektomi, mulai dari persiapan hingga kemungkinan adanya komplikasi.
Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit maupun klinik yang menyediakan prosedur ini. Waktu pelaksanaan terbilang singkat, berkisar antara 10-30 menit.
Setelah 1-2 jam efek bius pada skrotum akan hilang, maka umumnya pasien akan merasa nyeri dan ada pembengkakkan yang akan menghilang dalam beberapa hari. Untuk meredakan nyeri dan bengkak, pasien dapat mengompres skrotum dengan kantong es, dan tidak menggunakan pakaian dalam ketat.
Efek nyeri dan bengkak akan terasa 36-48 jam, sehingga pasien yang menjalani prosedur vasektomi sangat dianjurkan untuk beristirahat total. Selain itu dokter juga akan memberikan obat pereda nyeri
Terdapat dua jenis untuk prosedur vasektomi, yaitu konvensional dan tanpa pisau bedah. Berikut perbedaan antara kedua prosedur vaksektomi tersebut:
Vasektomi Konvensional
Langkah-langkah yang dilakukan untuk prosedur vasektomi konvensional sebagai berikut:
- Memberikan bius lokal ke area testis dan skrotum
- Membuat 1–2 sayatan kecil di sisi skrotum sehingga saluran sperma (vas deferens) dapat dijangkau
- Memotong kedua saluran sperma, kemudian ujung masing-masing saluran dijahit atau ditutup menggunakan diathermy (alat perekat dengan pemanasan suhu tinggi)
- Menjahit masing-masing sayatan dengan benang yang dapat diserap kulit
Vasektomi Tanpa Pisau Bedah
Langkah-langkah yang dilakukan untuk prosedur vasektomi tanpa pisau bedah sebagai berikut:
- Memberikan bius lokal di area testis dan skrotum
- Menjepit vas deferens di bawah kulit skrotum dari luar dengan klem (penjepit)
- Membuat lubang kecil pada kulit di atas saluran sperma
- Membuka lubang kecil dengan menggunakan sepasang alat penjepit khusus untuk menjangkau saluran sperma
- Melubangi sedikit saluran sperma untuk memasukkan jarum kauter
- Memasukkan jarum kauter ke dalam saluran sperma, kemudian mengalirinya dengan listrik agar permukaan dalam saluran sperma mengalami luka bakar yang akan menyumbat saluran sperma
Dengan prosedur ini, pendarahan dan nyeri setelah melakukan vasektomi terasa lebih ringan dari pada prosedur vasektomi konvensional.
Vasektomi Reversal
Vasektomi sebagai kontrasepsi permanen bagi pria tentu saja menuai pro dan kontra. Hal ini karena dapat memutus kemungkinan seorang pria memiliki anak lagi di sisa usianya.
Selain itu ada yang beranggapan pria dapat melakukkan hubungan seksual secara bebas setelah vasektomi. Hal itu karena mereka mengira tidak ada resiko, padahal faktanya vasektomi tidak melindungi pria dari kemungkinan infeksi penyakit menular seksual.
Seperti pembahasan sebelumnya, untuk memilih prosedur vasektomi pasien harus memiliki pemahaman secara menyeluruh serta membuat keputusan yang matang bersama pasangan. Namun bagaimana jika di kemudian hari pasien berubah pikiran dan ingin kembali subur.
Vasektomi reversal menjadi pilihannya, yaitu suatu prosedur untuk membalikkan atau membatalkan tindakan vasektomi sebelumnya. Tingkat keberhasilan prosedur ini tentunya tergatung pada kondisi pasien dan berapa lama vasektomi yang pasien jalani.
Semakin lama prosedur vasektomi dijalani pasien, misal di atas 10 tahun maka tingkat keberhasilan vasektomi reversal semakin kecil. Hal ini karena semakin lama maka potensi terbentuknya jaringan parut atau antibodi terhadap sperma semakin besar. Sehingga untuk menyatukan kembali dua bagian saluran vas deferens semakin sulit.
Prosedur ini juga akan menjadi lebih rumit apabila selama proses vasektomi reversal dokter menemukan adanya penumpukan cairan. Penumpukan cairan ini umumnya akan menyumbat di area buntu bekas tempat pemotongan.
Jika dokter tidak bisa membuang cairan tersebut maka harus menyatukan vas deferens ke saluran sperma berbeda dan mengubah rute jalur ejakulasi. Setelah menjalani prosedurnya maka akan ada pemantauan dari air mani selama 4 hingga 6 bulan. Hal ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari vasektomi reversal tersebut.
Vasektomi reversal juga memiliki kemungkinan efek samping, seperti halnya prosedur vasektomi. Maka dari itu keputusan menjalani prosedur vasektomi harus benar-benar diambil secara matang, karena untuk mengembalikannya kembali bisa lebih rumit dari sebelumnya.
Perbandingan Efektivitas Kontrasepsi
Vasektomi sebagai kontrasepsi pada pria memiliki hampir 100 persen efektivitas untuk mencegah kehahilan. Jika kita membandingakan dengan jenis-jesnis kontrasepsi pada wanita, vasektomi tetap lebih efektif.
Selain itu vasektomi cukup melakukan satu kali prosedur, sedangkan kontrasepsi pada wanita ada jangka waktunya. Seperti IUD hormonal yang bertahan sekitar 5 tahun, lalu suntik KB setiap 3 bulan sekali, dan lainnya.
Perbandingan lainnya yaitu vasektomi tidak memberikan efek samping pada hormon atau siklus tubuh pada pria. Namun kontrasepsi pada wanita memberikan efek samping baik secara hormon maupun siklus tubuh. Bahkan ada beberapa kasus terjadinya penyakit kanker pada wanita akibat penggunaan kontrasepsi dalam jangka waktu lama.
Dari sini kita bisa melihat setiap jenis kontrasepsi memiliki manfaat dan risiko masing-masing. Maka dalam memilih jenis kontrasepsi butuh diskusi yang matang besama pasangan, sehingga segala manfaat dan risiko bisa dipikul bersama.
Pada akhirnya, vasektomi dan jenis kontrasepsi lainnya tetap akan menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pilihan untuk menggunakan kontrasepsi atau tidak patutnya harus kita putuskan secara bijak. Jangan sampai membuat keputusan yang merugikan pasangan apalagi anak-anak.