Mengenal Kelelawar, Hewan yang Memiliki 'Dua Mata Pisau'

Mengenal Kelelawar, Hewan yang Memiliki ‘Dua Mata Pisau’

Noupedia

nouranoor.com – Banyak orang menilai kelelawar sebagai hewan yang merugikan bahkan sumber penyebar berbagai virus penyakit pada manusia. Salah satunya yaitu virus Covid-19, saat itu banyak berita yang mengatakan kelelawar menjadi salah satu penyebab tersebarnya virus tersebut.

Namun tahukah Anda bahwa faktanya kelelawar memiliki banyak manfaat bagi alam dan kehidupan manusia. Di berbagai tempat kelelawar selalu masuk sebagai kategori hama, tetapi jika mampu memanfaatkannya dengan baik kelelawar bisa sangat berguna bagi manusia.

International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengungkap fakta bahwa kelelawar menjadi salah satu hewan yang sangat bermanfaat dalam hal penyerbukan alami. Jasa penyerbukan alami ini jika dikalkulasi bernilai lebih dari USD 200 miliar per tahun.

Itu merupakan salah satu fakta mengenai kelelawar, kini kita akan mempelajari beberapa fakta lainnya dari kelelawar, hewan yang memiliki ‘dua mata pisau’.

Evolusi Kelelawar

Para peneliti memperkirakan kelelawar sudah ada sejak 50 juta tahun yang lalu. Penemuan fosil tertua kelelawar yang berasal dari zaman Eosen ditemukan di Amerika Utara dan Eropa. Ada dua fosil yang menjadi bukti awal adanya kelelawar, yaitu Icaronycteris dan Onychonycteris.

Onychonycteris merupakan fosil yang tapi belum sepenuhnya mengandalkan ekolokasi, sehingga diduga sebagai bentuk transisi antara mamalia meluncur dan kelelawar modern. Sedangkan Icaronycteris merupakan fosil kelelawar tertua yang sudah punya struktur sayap dan telinga, sehingga menunjukkan kemampuan ekolokasi.

Kedua fosil tersebut berasal dari zaman yang sama, sehingga banyak peneliti yang menyimpulkan kelelawar pada masa itu sudah bisa terbang. Selain itu, kelelawar juga mampu menggunakan ekolokasi (mendeteksi objek di sekitarnya menggunakan pantulan gelombang suara), mirip dengan kelelawar modern.

Saat ini diperkirakan kelelawar jumlahnya ada lebih dari 1400 spesies yang tersebar di berbagai wilayah di dunia. Dari jumlah spesies kelelawar tersebut, 20 persen di antaranya merupakan pemakan buah-buahan dan 70 persen pemakan serangga.

Kelelawar termasuk hewan mamalia, walaupun menyerupai burung yang memiliki sayap dan bisa terbang. Fakta lainnya yaitu jika membandingkan dengan hewan mamalia lainnya, kelelawar termasuk hewan yang memiliki banyak virus.

Baca Juga:  Top 10 Menu Makanan Khas Menyambut Hari Raya Idul Fitri

Bukan sekadar virus biasa, namun berbagai jenis virus yang sangat mematikan bagi manusia. Para peneliti menemukan beberapa virus pada kelelawar di antaranya virus MERS dan SARS, virus mematikan yang menyerang pernapasan manusia. Selain itu ada virus Rabies, yang dapat menyerang otak dan syaraf pada manusia.

Namun pertanyaannya bagaimana kelelawar mampu hidup hingga puluhan juta tahun di bumi? Jika berkaca pada manusia yang untuk bertahan hidup melawan berbagai virus mematikan dengan menciptakan dan mengkonsumsi vaksin.

Berbeda dengan kelelawar, para peneliti memperkirakan mereka ‘sudah berdamai’ sehingga bisa hidup berdampingan dengan berbagai virus mematikan tersebut. Evolusi kelelawar puluhan juta tahun yang membuatnya memiliki kemampuan unik tersebut.

Hal tersebut yang menjadi salah satu alasan manusia sering memusnakan keberadaan kelelawar yang ada di sekitar mereka.

Manfaat Kelelawar

Walaupun kelelawar dinilai sebagai hewan yang mematikan, karena membawa berbagai virus berbahaya faktanya kelelawar memiliki berbagai manfaat bagi alam dan kehidupan manusia.

Setidaknya ada tiga manfaat dari kelelawar, yaitu penyerbuk alami, penebar biji, dan pengontrol hama. Kelelawar merupakan hewan nokturnal, sehingga mereka aktif pada malam hari. Ada tanaman tertentu yang penyerbukannya hanya bisa terjadi saat malam hari, contohnya durian.

Bunga durian sangat unik, ia hanya mekar sebentar yaitu antara sore hingga malam hari. Sehingga agar durian bisa tumbuh maka membutuhkan bantuan penyerbukan dari hewan-hewan nokturnal, salah satunya kelelawar. Tidak hanya durian, kelelawar membantu banyak tanaman buah lain dan bunga-bunga unik yang hanya mekar pada malam hari.

Penyerbukan alami yang dilakukan oleh kelelawar tentunya sangat bermanfaat bagi para petani. Bahkan seperti yang sudah kita bahas di awal, penyerbukan alami dari hewan salah satunya kelelawar bernilai lebih dari USD 200 miliar atau hampir sekitar 3.000 triliun per tahun.

Manfaat kedua, yaitu sebagai hewan penebar biji. Seperti kita ketahui sebelumnya, dari 1.400 lebih spesies 20 persen kelelawar merupakan pemakan buah-buahan dan 70 persen lainnya pemakan serangga.

Peran kelelawar sebagai penebar biji atau benih menjadi sangat sentral dalam siklus alam. Contoh di hutan banyak berbagai tanaman yang tumbuh sebagai tempat hidup dan makanan, sementara hewan akan membantu tanaman untuk menyebarkan benihnya.

Baca Juga:  Biografi B.J. Habibie, “Sang Bapak Teknologi Indonesia”

Kelelawar akan memakan berbagai buah-buahan yang ada di hutan lalu akan mengekuarkan bijinya di tempat lain, sehingga tumbuh tanaman baru yang bisa membatu menjaga kelestarian hutan secara alami. Bahkan peran kelelawar sebagai penebar biji peresentasenya lebih besar dibandingkan dengan burung.

Lalu manfaat ketiga, yaitu kelelawar sebagai pengontrol hama. Inilah faktanya, hewan yang sering dianggap sebagai hama faktanya ia merupakan pengontrol hama. Kelelawar bisa memakan serangga 6000-8000 dalam satu malam.

Kelelwar memiliki kemampuan ekolokasi yang sangat baik, ia mampu memancarkan gelombang ultrasonik keberbagai penjuru tempat. Dari pantulan gelombang tersebut, kelelawar mampu menangkap berbagai serangga.

Kesimpulan

Kelelawar bisa kita katakan tidak bisa sepenuhnya memiliki dampak negatif tetapi juga banyak dampak positif bagi alam dan manusia. Kini kita mengetahui bahwa kelelawar memiliki berbagai virus mematikan bagi manusia, maka tidak menutup kemungkinan bahwa benar kelelawar menjadi salah satu penyebab pandemi Covid-19 yang lalu.

Hal ini bisa menjadi peringatan bagi manusia, agar tidak melakukan kontak langsung yang bisa menyebabkan terjadinya perpindahan virus dari kelelawar pada manusia. Mungkin salah satunya bisa dengan tidak lagi menjadikan kelelawar sebagai hewan konsumsi.

Kebiasaan mengkonsumsi kelelawar banyak terjadi di berbagai daerah, tentunya ini bisa jadi salah satu penyebab terjadinya penyebaran virus. Jadi cukup biarkan kelelawar hidup bebas bersama koloninya.

Selain itu, kita bisa memanfaatkan kelelawar untuk menjaga kelestarian hutan dan pertanian secara alami. Jika bisa memaksimalkan peran kelelawar tentunya kita bisa memperoleh keuntungan materil yang tidak sedikit.

Seperti di negara Texas Amerika, terdapat sebuah gua bernama Braken Cave yang menjadi tempat tinggal kawanan kelelawar ekor bebas. Kelelawar yang hidup di sana mencapai 20 juta ekor dan menjadi koloni kelelawar terbesar di dunia.

Setiap harinya mereka akan keluar dan memangsa serangga hingga 100 ton. Hal itu tentunya sangat membantu para petani di sana sehingga tidak perlu menggunakan pestisida secara berlebihan.

Maka pada akhirnya ‘dua mata pisau’ pada kelelawar bisa berdampak negatif maupun positif tergantung bagaimana kita melestarikannya, hingga siklus alami alam tetap terjaga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *