nouranoor.com – Dari tahun ke tahun film animasi semakin bervariasi dengan penggunaan teknologi yang lebih maju. Jika melihat ke belakang, industri animasi sudah berjalan lebih dari satu abad tepatnya sekitar tahun 1900-an.
Dukungan perkembangan teknologi menjadi faktor utama industri animasi semakin banyak inovasinya. Mulai dari penggunaan teknik stop motion hingga kini sudah sampai di era AI (Artifical Intelegent). Maka tak heran jika saat ini sudah banyak jenis animasi yang ada di industri perfilman.
Kini kita akan melihat bagaimana evolusi teknologi pada film animasi dari masa ke masa.
Era Awal Animasi (1900–1930-an)
Pada awal abad ke-20 menjadi titik lahirnya animasi sebagai bentuk seni baru dalam dunia perfilman. Karya seniman Prancis Émile Cohl yaitu Fantasmagorie (1908) menjadi film animasi pertama di dunia. Ada referensi lain yang mengatakan sebelum Fantasmagorie ada dua animasi lainnya, yaitu Humorous Phases of Funny Faces (1906) dari Amerika Serikat dan Katsudō Shashin (1907) dari Jepang. Namun kedua karya tersebut memang keduanya menggunakan teknik yang lebih sederhana lagi dan tidak sepopuler Fantasmagorie.
Film Fantasmagorie menggunakan teknik frame-by-frame, yaitu menggambar setiap frame secara manual dan memproyeksikannya berurutan sehingga menimbulkan ilusi gerak. Meskipun terbilang menggunakan teknik sederhana, karya ini membuka jalan bagi perkembangan animasi modern.
Lanjut pada tahun 1920-an, animasi mulai memasuki tahap yang lebih profesional dengan hadirnya teknik cel animation. Teknik ini menggambar karakter di atas lembaran transparan (celluloid) sehingga bisa berpadu dengan latar belakang.
Walt Disney (WD) sebagai yang menjadi pionir besar melalui Steamboat Willie (1928). Film animasi ini menjadi yang pertama dengan sinkronisasi suara. Inovasi ini menjadikan animasi bukan sekadar hiburan visual, tetapi juga pengalaman audiovisual yang memikat penonton.
Era Animasi Klasik (1930–1950-an)
Pada era ini terkenal sebagai “Golden Age of Animation”. Selain Walt Disney (WD), sudah mulai bermunculan studio animasi besar lain seperti Warner Bros dan MGM.
Pada tahun 1937, WD kembali merilis film animasi Snow White and the Seven Dwarfs. Tidak hanya menjadi film animasi dengan durasi terpanjang pertama tetapi juga berhasil sukses besar di pasaran. Film ini sudah menggunakan teknologi multiplane camera, untuk memberikan kedalaman visual, dan menciptakan pengalaman sinematik yang belum pernah ada sebelumnya.

Di era ini pula lahir berbagai karakter legendaris yang hingga kini masih terkenal, seperti Mickey Mouse, Bugs Bunny, Tom & Jerry, dan Donald Duck. Animasi tidak lagi hanya sekadar hiburan anak-anak, industri animasi sudah menjadi bagian penting dari budaya populer global.
Era Televisi & Komersialisasi (1950–1970-an)
Di saat televisi mulai menjadi media utama hiburan keluarga, industri animasi pun turut beradaptasi. Studio Hanna-Barbera muncul dengan karya-karya legendaris seperti The Flintstones dan Scooby-Doo. Produksi film ini sudah menggunakan teknik limited animation. Teknik ini membatasi jumlah gerakan pada karakter untuk menghemat biaya produksi, namun tetap mempertahankan daya tarik cerita dan humor.

Meskipun kualitas animasi televisi tidak sehalus produksi layar lebar, popularitasnya cukup besar. Hal ini karena mudahnya akses dan menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari penonton. Animasi menjadi lebih komersial, dengan karakter-karakter yang tidak hanya hadir di layar, tetapi juga mulai memasuki pasar dalam bentuk mainan, komik, hingga iklan.
Era ini menandai bagaimana animasi berkembang bukan hanya sebagai seni, tetapi juga sudah sebagai industri besar.
Era Transisi ke Komputer (1980–1990-an)
Memasuki era 1980-an, industri animasi mulai menggunakan teknologi komputer dalam produksinya. Awal penggunaan hanya untuk memperkaya efek visual pada film animasi.
Beberapa film yang menggunakan teknologi ini di antaranya, Tron (1982), The Great Mouse Detective (1986), serta Beauty and the Beast (1991). Teknologi ini membuat animasi memiliki kedalaman dan detail yang lebih halus jika membandingkan dengan teknik manual sebelumnya.

Pada tahun 1995 menjadi puncak penggunaan teknologi ini. Pixar meilis film Toy Story, yang menjadi film animasi panjang pertama yang sepenuhnya menggunakan teknologi Computer Generated Imagery (CGI). Keberhasilan besar film ini mengubah wajah industri animasi selamanya, serta membuka era baru di mana komputer menjadi alat utama dalam produksi film animasi.
Di saat yang sama, Jepang juga memperlihatkan pengaruh besar dengan karya anime seperti Akira (1988) dan Ghost in the Shell (1995).
Era Digital & 3D (2000–2010-an)
Pada awal abad ke-21 film animasi berbasis CGI sudah mulai mendominasi. Studio besar seperti Pixar, DreamWorks, Blue Sky, dan Illumination melahirkan berbagai film box office seperti Shrek, Ice Age, Finding Nemo, dan Despicable Me.
Teknologi komputer yang semakin maju memungkinkan animasi terlihat lebih realistis, penuh detail, dan kaya warna. Animasi 3D pun menjadi standar baru industri global animasi.
Namun, di tengah kejayaan CGI, muncul pula kebangkitan stop-motion modern melalui studio Laika dengan film seperti Coraline (2009). Selain itu, penggunaan teknik motion capture untuk menciptakan gerakan karakter yang lebih natural, terlihat jelas pada The Polar Express (2004) dan Avatar (2009). Tak ketinggalan ada film animasi 3D tanah air seperti Kiko, Nussa, Adit & Sopo Jarwo The Movie, hingga yang terbaru Jumbo.
Era ini membuktikan bahwa industri animasi terus berinovasi dengan menggabungkan berbagai teknologi untuk menghasilkan pengalaman visual yang lebih imersif.
Era Inovasi Modern (2010–Sekarang)
Pada dekade terakhir menunjukkan keberanian industri animasi dalam bereksperimen dengan gaya visual. Spider-Man: Into the Spider-Verse (2018) menjadi contoh bagaimana animasi bisa menggabungkan teknik 2D, 3D, dan efek visual komik untuk menciptakan pengalaman unik.
Pendekatan “hibrida” ini membuka kemungkinan baru dalam cara bercerita, sekaligus mematahkan standar bahwa animasi harus realistis untuk bisa memikat penonton. Selain itu, munculnya platform streaming seperti Netflix, Disney+, dan Amazon Prime memperluas akses penonton terhadap berbagai karya animasi dari seluruh dunia.
Teknologi terbaru seperti AI, machine learning, real-time rendering, dan virtual production mulai diintegrasikan dalam proses pembuatan animasi. Tren “retro-modern” juga kembali populer, yaitu memadukan gaya 2D klasik dengan teknologi digital.
Pada ini membuktikan bahwa animasi tidak hanya bertahan, tetapi terus berevolusi sebagai medium kreatif tanpa batas yang tidak hanya terpaku pada teknologi modern.