Doomscrolling: Kebiasaan Kecil yang Diam-Diam Merusak Mental

Doomscrolling: Kebiasaan Kecil yang Diam-Diam Merusak Mental

Noupedia

nouranoor.comDoomscrolling istilah yang saat ini sering sekali kita dengar, terutama jika kita membahas tentang dampak perkembangan media sosial saat ini. Di era digital, media sosial sudah seperti rumah pertama untuk mencari atau sekadar mengupdate informasi.

Namun alih-alih sekadar ingin mencari informasi, kita malah terjebak scroll media sosial hingga berjam-jam. Terutama dengan algoritma media sosial saat ini, yang semakin intens menampilkan konten-konten sesuai personalisasi kita. Hal inilah yang membuat kita tanpa sadar tenggelam hingga bisa sampai ke fase doomscrolling.

Ini terkesan hanya sekadar kebiasaan kecil, namun jika terus berulang bahkan menjadi rutinitas diam-diam akan mempengaruhi produktivitas hingga merusak mental. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mengenal doomscrolling dan cara mengatasinya agar tetap menjadi pengguna media sosial yang sehat di era digital saat ini

Apa itu Doomscrolling?

Doomscrolling (doomsurfing) adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan terus-menerus mengonsumsi berita atau informasi negatif di internet, terutama lewat media sosial. Aktivitas ini umumnya terjadi secara tidak terencana, sering berawal dari ingin sekadar mengecek media sosial.

Sebagai contoh, saat kita membuka ponsel hanya untuk mencari informasi terbaru, lalu tanpa sadar malah tenggelam dalam artikel, komentar, atau konten yang buat suasana hati drop akhirnya lanjut scroll.

Istilah doomscrolling mulai muncul di media sosial Twitter (kini X) sekitar tahun 2018, dari sebuah tweet karya Calla Mounkes. Namun istilah ini mulai meluas hingga ke masyarakat secara umum hingga menjadi sorortan media massa oleh seorang jurnalis Karen K. Ho.

Karen mulai menggunakan istilah tersebut saat pandemi COVID-19 dan sering memberi pengingat di Twitter agar orang berhenti scroll dan istirahat. Saat itu, banyak orang yang “ketagihan” membaca update tentang jumlah kasus, berita duka, atau kabar buruk lain.

Lama-kelamaan, kebiasaan ini bukan cuma sekadar ingin tahu, tapi berubah jadi pola berulang yaitu selalu mencari kabar buruk meski tahu efeknya bikin cemas. Istilah doomscrolling akhirnya makin dikenal luas sebagai cara deskriptif untuk menyebut kebiasaan yang tampak kecil tapi bisa berdampak besar terhadap kesehatan mental.

Baca Juga:  Megawati, Atlet Voli Muda Indonesia Dengan Segudang Prestasi

Tanda-Tanda Doomscrolling

Seseorang yang mengalami doomscrolling sering kali tidak menyadarinya, karena memang ini sering dinilai sebagai kebiasaan kecil atau remeh. Padahal jika terjadi secara terus menerus, hal ini bisa sangat mengganggu hingga mempengaruhi aktivitas harian.

Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk mengenali tanda-tanda memasuki fase doomscrolling berikut ini:

  • Menghabiskan Waktu Berjam-jam Untuk Scroll Media Sosial.
    Awalnya hanya cek sebentar media sosial, tapi tidak sadar sudah menghabisakan waktu berjam-jam. Terlebih dalam menghabiskan waktu tersebut lebih dominan mengkonsumsi konten negatif. Semakin banyak membaca yang muncul bukannya perasaan lega melainkan sebaliknya.
  • Perasaan Cemas Setelah Membuka Media Sosial.
    Sebagai contoh, setelah melihat konten atau membaca komentarnya, pikiran kita jadi penuh kekhawatiran, sulit fokus ke hal lain, bahkan hingga terbawa sampai mau tidur. Jika setiap kali selesai scroll media sosial membuat kita merasa lebih lelah daripada tenang, itu bisa jadi sinyal kuat kita sudah terjebak doomscrolling.
  • Kesulitan Berhenti Meskipun Sudah Sadar Membuang Waktu.
    Ini menjadi tanda tersulit, karena sudah di fase sadar membuang waktu namun pada akhirnya tetap melanjutkan aktivitas scroll media sosial. Salah satu alasannya yaitu perasaan takut ketinggalan berita (FOMO) dan dinilai tidak update di circle atau tongkrongannya. Inilah yang semakin membuat seseorang sulit melepaskan aktivitas scroll media sosial.

Dari beberapa tanda tersebut dapat kita lihat perberdaan anatara doomscrolling dengan sekadar scrolling media sosial biasa. Doomscrolling fokusnya pada konten negatif, timbul perasaan cemas setelahnya, hingga sadar membuang waktu namun tetap melanjutkan aktivitasnya.

Dampak Negatif bagi Kesehatan

Doomscrolling sebagai aktivitas yang tekesan sederhana, namun memiliki dampak negatif yang besar bagi kesehatan. Tidak hanya memberi dampak negatif bagi kesehatan secara fisik tetapi juga mental.

Berikut ini dampak negatif dari doomscrolling bagi kesehatan:

  • Kelelahan mata & gangguan tidur (insomnia)
  • Sakit kepala & tegang otot
  • Menurunnya energi tubuh & produktivitas
  • Risiko gaya hidup sedentari
  • Meningkatkan kecemasan, stres & overthingking
  • Sulit fokus & konsentrasi
  • Menurunkan kemampuan kognitif
  • Meningkatka potensi brain rot

Dampak negatif dari doomscrolling ini tidak bisa kita anggap remeh, namun harus ditangani segera. Kebiasaan kecil seperti ini bisa menjadi silent killer bagi kesehatan kita. Sudah sepatutnya kita mengambil langkah untuk menjadi pengguna media sosial yang sehat dan jauh dari jebakan doomscrolling.

Tips Mengatasi Doomscrolling

Saat ini memang tidak bisa kita pungkiri, bahwa penggunaan media sosial sudah menjadi bagian dari aktivitas harian. Maka dari itu sangat penting bagi kita untuk menjadi pengguna media sosial yang sehat, agar tidak lagi terjebak aktivitas doomscrolling.

Kalian bisa mengikuti beberapa tips berikut untuk menghindari atau mengatasi doomscrolling:

  1. Batasi Waktu Bermain Media Sosial
    Gunakan fitur screen time atau timer untuk membatasi durasi penggunaan harian. Bisa dengan memasang alarm 20–30 menit saat buka media sosial, lalu berhenti ketika waktunya telah habis.
  2. Buat Jadwal dan Kurasi Konten
    Tentukan waktu untuk melihat-lihat konten di media sosial, misal dua kali sehari (pagi dan sore) serta hindarai waktu sebelum tidur. Lalu, pilih-pilih konten yang akan kalian konsumsi, fokus pada akun dan konten yang memberikan informasi bermanfaat, inspiratif, atau hiburan sehat saja.
  3. Perbanyak Aktivitas Positif
    Mengalihkan kebiasaan doomscrolling dengan perbanyak membaca buku, olahraga ringan, meditasi, atau sekadar ngobrol dengan teman.
  4. Gunakan Teknik “Digital Detox”
    Sediakan waktu khusus tanpa gadget, misalnya 1–2 jam sebelum tidur serta atur area bebas gadget seperti di meja makan ataupun kamar tidur.
  5. Sadari untuk Refleksi Diri
    Setelah atau saat mengakses media sosial, perhatikan bagaimana perasaan kita, jika lebih dominan merasa cemas atau lelah, itu sudah menjadi pertanda untuk berhenti.
  6. Gunakan Aplikasi Pendukung
    Jika merasa kurang mampu untuk mendisiplinkan diri sendiri, bisa juga menggunakan aplikasi untuk memblokir media sosial secara sementara (contoh: Forest, StayFocusd). Tentunya dengan ada bantuan dari sisi ekternal bisa semakin melatih disiplin kita yang sulit mengontrol diri sendiri.
Baca Juga:  Tips Sederhana Menjadi Backpacker, Liburan Dijamin Lebih Seru

Inilah beberapa tips yang semoga bisa membantu kalian agar tidak terjebak doomscrolling. Kalian bisa sharing artikel ini agar lebih banyak yang aware akan dampak dari doomscrolling yang merupakan kebiasaan kecil namun diam-diam mengganggu kesehatan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *