Carina Joe, Menginspirasi Dunia Lewat Sains

Carina Joe, Menginspirasi Dunia Lewat Sains

Noupedia

nouranoor.com – Carina Citra Dewi Joe atau lebih dikenal Carina Joe adalah seorang peneliti dan ilmuwan yang fokus di bidang bioteknologi. Di usianya yang masih sangat muda, Carina Joe (36) sudah banyak menorehkan prestasi di dunia sains.

Salah satu penemuannya yang sangat penting adalah Vaksin AstraZeneca, sebagai vaksin untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu. Setelah penemuannya itu, Carina Joe semakin bertekad untuk mendedikasikan dirinya di dunia sains.

Kecintaanya pada dunia sains sudah ia tunjukkan sejak masih kecil. Walaupun sempat mencoba bidang cookery atas permintaan orang tuanya, namun ia kembali ke dunia sains. Carina Joe berhasil menyakinkan orang tuanya bahwa passion dia ada di sains, hingga akhirnya ia mendapat dukungan penuh dari orang tuanya.

Perjalanan Carina Joe sebagai seorang ilmuwan tentunya tidaklah mudah, namun dengan dedikasinya yang luar biasa ia mampu menginspirasi dunia lewat sains. Maka tak berlebihan jika menjadikannya sebagai salah satu Kartini modern Indonesia.

Latar Belakang Pendidikan

Carina Joe lulus dari sekolah menengah atas hanya dalam dua tahun melalui program akselerasi di SMAK 1 BPK Penabur Jakarta pada 2004. Setelah itu ia melanjutkan studi di perguruan tinggi di bidang bioteknologi.

Pada 2008 ia berhasil meraih gelar Bachelor of Science di bidang Bioteknologi dari University of Hong Kong. Tak berhenti di situ, ia kembali melanjutkan studinya ke jenjang magister di Australia.

Lima tahun berselang, ia berhasil meraih gelar Master of Biotechnology di Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) pada 2013. Selama menimba ilmu di Australia, ia juga pernah bergabung dalam beberapa proyek pengembangan vaksin, salah satunya vaksin Hepatitis B.

Carina kembali melanjutkan pendidikan doktoralnya di institusi yang sama dan meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di bidang Bioteknologi pada 2019. Ini menjadi awal perjalanan Carina Joe sebagai ilmuwan terutama di bidang bioteknologi.

Baca Juga:  Kisah Di Balik Tercetusnya Hari Buruh Internasional

Perjalanan Awal sebagai Ilmuwan

Setelah lulus dan meraih gelar doktoralnya, Carina bekerja di sebuah lembaga penelitian pemerintah Australia yaitu Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO).

Tak berapa lama Carina mendapat tawaran dan memutuskan untuk bergabung dengan Jenner Institute di Oxford University. Di Jenner Institute ia sebagai Senior Postdoctoral Research Scientist di bidang pengembangan vaksin.

Awal bergabung di Jenner Institute, Carina mendapat tugas untuk bergabung dalam proyek pengembangan vaksin tertentu. Namun di luar perkiraan, terjadi pandemi Covid-19 yang melain seluruh dunia.

Kemampuan Carina benar-benar diuji saat itu, ia pun diminta untuk bergabung ke dalam tim inti untuk membuat vaksin penanganan Covid-19.

Selain karena kemampuan Carina dalam pengembangan vaksin, keterbatasan waktu dan ruang akses selama lockdown menjadi salah satu alasan penunjukkannya.

Dengan segala tekanan yang ada, namun ia bersama timnya berhasil menemukan vaksin untuk penanganan Covid-19 yaitu Vaksin AstraZeneca.

Penemu Vaksin AstraZeneca

Carina Joe tercatat sebagai salah satu dari enam orang pemegang hak paten atas Vaksin AstraZeneca (Vaksin Covid-19 Oxford–AstraZeneca). Perjalanan Carina dalam menemukan Vaksin AstraZeneca tidaklah mudah, bahkan di tengah perjalanan ia hampir menyerah.

Dalam wawancaranya di Narasi pada 2023 lalu, Carina menceritakan proses di balik penemuan vaksin tersebut. Di tengah pandemi Covid-19 yang semakin memburuk melanda dunia, Carina mendapat dealine untuk pengerjaan vaksin tersebut selama satu setengah bulan.

Carina menjelaskan, proyek pengembangan vaksin seperti ini umumnya butuh 4-5 orang untuk pengerjaannya dengan waktu 2-3 tahun. Jadi dengan kondisi yang ada, ia harus bekerja selama 16-18 jam setiap hari tanpa ada libur.

Selama proyek tersebut, Carina dilarang keluar lab karena sangat beresiko untuk terpapar Covid-19. Jadi segala kebutuhan seperti makan akan diantar ke dalam lab. Tak jarang ia juga tertidur di lab karena terlalu lelah untuk kembali ke rumah.

Setelah proses awal, ia kembali mendapat target untuk membuat vaksin dalam miliaran dosis dengan waktu selama 6 bulan. Pengerjaannya mulai dari skala 200 liter, 1.000 liter, hingga 4.000 liter.

Baca Juga:  Hari Pancasila, Bagaimana Sebagai Pemuda Memaknainya?

Dalam skala kuota yang ia buat tentu saja harus ada penyesuaian dalam prosesnya sehingga setiap dosisnya memiliki takaran vaksin yang tepat. Target tersebut sebanyak 4 miliar dosis untuk supply ke seluruh dunia.

“Saya sudah merasa stres, hingga marah-marah ke atasan lalu bilang ‘I want to quit'”.

Atasan Carina pun mengatakan bahwa tanggung jawab seorang ilmuwan adalah membantu banyak orang dengan temuannya terutama saat pandemi.

Sudah banyak orang meninggal, kamu mau menyerah begitu saja?, dari situ saya tergugah dan hanya meminta istirahat sehari lalu kembali dalam proyek tersebut”.

Carina menemukan formula “dua sendok makan sel” yang menjadi landasan produksi besar Vaksin AstraZeneca dan memungkinkan dengan harga semurah mungkin. Vaksin AstraZeneca menjadi vaksin yang paling banyak di dunia, tercatat ada 177 negara termasuk Indonesia yang menggunakannya.

Penghargaan

Setelah kontribusi besarnya pada pengembangan Vaksin AstraZeneca, Carina semakin ingin mendedikasikan dirinya sebagai ilmuwan untuk membuat banyak inovasi di dunia sains. Salah satu keinginannya yaitu pengembangan teknologi yang bisa digunakan para ilmuwan lain untuk mempercepat drug discovery.

Selain hak paten atas Vaksin AstraZeneca, sejumlah penghargaan lain juga ia peroleh di antaranya:

  • Penghargaan Pride of Britain Award pada 31 Oktober 2021 di London pada 2021
  • Woman of The Year 2021 oleh Tim Anugerah TIMES Indonesia
  • Young Investigator Awards 2022, atas kontribusinya dalam produksi vaksin skala besar sesuai standar cGMP (Current Good Manufacturing Practice).
  • Pengukuhan Guru Besar (Honoris Causa) Universitas Airlangga pada 2023.
  • Penghargaan Achmad Bakrie XIX dalam Bidang Sains pada 2023.

Di usia Carina yang masih muda, peluang ia berkontribusi dalam dunia sains sangatlah besar. Maka sudah selayaknya Carina sebagai contoh bagi anak muda untuk terus beprestasi dengan passion nya masing-masing. Selain itu ia juga merupakan contoh nyata Kartini modern yang pantas mendapat apresiasi di dalam negera, agar lebih banyak generasi wanita hebat seperti Carina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *