nouranoor.com – Jika kamu sering merasa flu, demam, nyeri di bagian tubuh tertentu, atau bahkan cemas tanpa ada penyebabnya, bisa jadi kamu mengalami gejala psikosomatis.
Berbagai gejala tersebut merupakan sinyal dari tubuh bahwa psikis mengalami kelelahan. Beban pekerjaan berlebih bisa menjadi salah satu penyebab gejal psikosomatis yang kita rasakan.
Banyak sekali orang yang mengalami gejala seperti itu namun hanya fokus mengkonsumsi obat, tanpa mencari tahu untuk mengatasi penyebabnya. Gejala psikosomatis memang terkesan sangat umum, sehingga sering diabaikan atau keliru penanganannya.
Untuk itu kita bisa lebih mengenali tentang psikosomatis, seperti apa gejalanya dan bagaimana cara penanganan yang tepat.
Apa itu Psikosomatis?
Istilah Psikosomatis atau psychosomatic mulai populer di dunia kedokteran pada awal abad ke-20. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam pengembangan tentang psikosomatis yaitu Franz Alexander. Ia merupakan seorang psikoanalis dan dokter asal Hungaria yang terkenal sebagai bapak kedokteran psikomatik modern.
Psikosomatis secara umum merupakan kondisi ketika seseorang mengalami gangguan emosi atau tekanan mental seperti stres, kecamasan, dan depresi hingga memunculkan gejala fisik yang nyata. Saat mengalami psikosomatis, seseorang dapat mengalami berbagai keluhan seperti sakit kepala, mual, diare, flu, jantung berdebar, nyeri, atau bahkan demam ringan, tanpa ada penyebab medis yang jelas.
Jika mengalami semua gejala tersebut, jangan abai karena itu merupakan sinyal dari tubuh bahwa ada masalah pada psikis (pikiran/mental) kita. Alexander memberi penjelasan, penyakit tidak hanya karena faktor fisik semata, tapi juga oleh konflik emosional yang tidak terselesaikan. Ia juga menyebutkan bahwa tubuh dan pikiran bekerja sebagai satu sistem yang saling memengaruhi, dan stres psikologis dapat memicu reaksi biologis yang berujung pada gangguan fisik.
Saat ini pun sudah banyak studi yang menyebutkan bahwa stres kronis bisa menurunkan sistem imun, memengaruhi hormon, dan mengacaukan sistem saraf sehingga berdampak langsung pada kesehatan tubuh. Maka, psikosomatis bukan sekadar “pikiran negatif”, tapi tentang bagaimana emosi yang tak tersalurkan dengan sehat akhirnya “merusak” tubuh.
Gejala Psikosomatis yang Sering Diabaikan
Psikosomatis memiliki gejala yang cukup bervariasi, hal ini tergantung pada bagaimana tubuh seseorang merespon tekanan mental yang mereka alami. Beberapa keluhan secara umum terlihat seperti sakit fisik ringan, mulai dari sakit kepala hingga nyeri di bagian tubuh terntentu.
Meski tampak seperti gejala sakit fisik ringan, namun pada hasil pemeriksaan medis sering kali menunjukkan bahwa tidak ada kelainan organik yang mendasari. Hal ini terjadi karena sumber masalahnya bukan berasal dari tubuh (fisik), melainkan dari tekanan emosional atau psikologis.
Menurut Dr. Harold G. Wolff, seorang neurolog dan pelopor penelitian psikosomatis dari Cornell University, respons tubuh terhadap stres bisa sangat spesifik, dan setiap individu punya “titik lemah” yang berbeda. Ia menemukan bahwa stres emosional bisa menyebabkan migrain pada satu orang, tetapi menyebabkan gangguan lambung pada orang lain.
Maka bisa dikatakan ketika seseorang mengalami kelelahan atau stres secara emosional dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan berbagai penyakit fisik tertentu tergantung “titik lemah” orang tersebut.
Berikut ini beberapa gejala psikosomatis yang umum sering terjadi:
- Mual atau perut melilit tiba-tiba
- Diare padahal makan biasa aja
- Jantung berdebar tanpa alasan
- Sakit kepala, leher atau punggung kaku
- Merasa capek terus-terusan, padahal sudah istirahat cukup
- Meriang, demam ringan
- Sesak napas walau paru-paru sehat
- Nyeri pada bagian tubuh tertentu
Stres Kerja Picu Psikosomatis
Pemicu psikosomatis pada seseorang karena tekanan emosional, salah satunya akibat stres kerja. Beban pekerjaan berlebih, lingkungan kerja yang tidak sehat merupakan beberapa hal yang menyebabkan seseorang stres akan pekerjaannya.
Jika tekanan emosional ini terus terjadi dan berlarut-larut, maka akan menimbulkan berbagai gangguan gejala fisik yang tanpa ada penyebabnya. Misal, kalian sudah tidur cukup namun cepat letih sekalipun itu aktivitas ringan, atau kalian makan dengan baik namun tiba-tiba mual atau gerd.
Terlebih jika itu karena beban pekerjaan, kalian akan merasa cemas, hingga merasa sakit tertentu tanpa sebab saat di hari libur dan esok adalah hari kerja. Jika kalian merasakan ini, itu tandanya kalian mengalami “Sunday Night Anxiety”.
Sunday Night Anxiety adalah istilah untuk menggambarkan rasa cemas, gelisah, atau tidak nyaman yang muncul pada Minggu sore atau malam menjelang hari kerja. Perasaan ini sering kali muncul secara tiba-tiba, disertai gejala fisik seperti sakit perut, sulit tidur, detak jantung meningkat, atau bahkan mual.
Meskipun tergolong gangguan tidak medis serius, fenomena ini bisa menjadi pertanda tekanan yang tidak kita sadari terhadap beban pekerjaan. Banyak orang yang mengalaminya merasa baik-baik saja selama akhir pekan, tetapi langsung merasa tertekan ketika sadar esok hari kerja.
Istilah Sunday Night Anxiety mulai populer dalam dunia psikologi dan media berkat tulisan dan wawancara Dr. Adam Borland, seorang psikolog klinis dari Cleveland Clinic. Ia menjelaskan bahwa kondisi ini merupakan bentuk “anticipatory anxiety”, yaitu kecemasan yang muncul karena mengantisipasi hal-hal yang mereka anggap menegangkan atau tidak menyenangkan.
Kenali Gejala Psikosomatis
Mengenal gejala psikosomatis tidak selalu mudah, karena keluhannya sering mirip dengan penyakit fisik biasa. Namun, psikosomatis memiliki beberapa ciri khas yang bisa menjadi petunjuk.
Sebagai contoh, gejala sering muncul saat sedang stres, menjelang hari kerja, atau saat menghadapi situasi tertentu yang menimbulkan tekanan emosional. Gejala ini pun bisa berpindah-pindah dan tidak konsisten, bisa jadi hari ini pusing, besok mual, lalu tiba-tiba nyeri otot.
Jika gejala ini terus berlarut dan ketika melakukan pemeriksaan medis menunjukkan kondisi normal, bisa disimpulkan kalian mengalami psikosomatis.
Berikut ini langkah-langkah untuk mengenali gejala psikosomatis:
- Kenali pola munculnya gejala (misalnya selalu di awal minggu)
- Tidak ada penyebab medis atau fisik
- Membaik ketika jauh dari sumber stres (contoh pekerjaan)
- Sadari tekanan emosional akan memberikan sinyal melalui sakit fisik
Dengan mengenali gejala-gejala psikosomatis ini, akan memuat kita semakin aware dengan kondisi diri kita sendiri. Ini sangat membantu untuk bisa melakukan penanganan secara tepat. Tangani sumber tekanan emosional, bukan sekadar mengobati secara fisik (minum obat-obat tertentu).
Cara Mengatasi Psikosomatis
Setelah mengenali gejala-gejala psikosomatis, maka langkah selanjutnya adalah mengatasinya. Mengenali dengan baik psikosomatis yang kita alami merupakan langkah awal yang sangat baik dalam mengatasi psikosomatis.
Langkah selanjutnya mulai membuat rencana-rencana kegiatan positif, seperti berolahraga, traveling, atau bergabung dengan komunitas yang sesuai dengan hobi. Rangkaian kegiatan positif tentu sangat membatu dalam mengatasi psikosomatis.
Kalian juga bisa mengikuti tips berikut untuk mengatasi psikosomatis:
- Mengelola stres dengan teknik pernapasan dalam atau meditasi
- Melakukan olahraga ringan (bersepeda, berenang, jogging)
- Menulis jurnal harian
- Mengatur pola istirahat
- Kembali melakukan hobi atau kegiatan yang menyenangkan
- Mengunjungi tempat yang menenangkan
- Berdiskusi dengan orang yang sefrekuensi (teman, pasangan, atau keluarga)
- Mulai mengurangi sumber stres, sedikit demi sedikit
Jika langkah-langkah tadi tidak mampu mengatasi atau mengurangi psikosomatis yang kalian alami, langkah terakhir perlu mencari bantuan profesional. Salah satunya dengan terapi psikologis seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
Terapi CBT terbukti efektif untuk membantu mengubah pola pikir negatif yang memicu gejala fisik. Dalam beberapa kasus, juga akan mendapat resep obat penenang ringan atau antidepresan, tergantung pada tingkat keparahan gejala.
Tentu saja yang terpenting, jangan merasa malu untuk mencari bantuan di saat sudah mengalami tekanan emosional yang berlarut. Terlebih lagi sudah mempengaruhi kesehatan mental dan juga fisik, keduanya sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Ingat psikosomatis bukan tanda kelemahan, melainkan sinyal bahwa tubuh dan pikiran kita butuh perhatian lebih.