nouranoor.com – Bidaah merupakan salah satu drama series yang mengangkat tema aliran sesat dengan menggunakan topeng agama. Drama ini cukup menarik perhatian penonton di tanah air sejak Maret 2025.
Drama dari negeri Jiran, Malaysia ini banyak menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Ada yang setuju dengan isi cerita yang diangkat namun ada juga yang mengkritik karena terkesan menjelekkan simbol agama tertentu.
Mengutip dari penulis drama Bidaah, Eirma (Erma) Fatima yang mengatakan drama ini ia tulis berdasarkan kisah nyata tentang adanya sekte sesat di masyarakat. Ia menambahkan drama Bidaah merupakan bentuk kritik terhadap kelompok tertentu yang memanfaatkan agama untuk keuntungan pribadi.
Untuk lebih jelasnya kalian bisa simak alur cerita dan review drama Bidaah di bawah ini.
Alur Cerita Bidaah
Mengenal ‘Jihad Ummah’
Suasana pondok dengan rumah-rumah panggung khas Melayu menjadi tempat sebuah kelompok agama yaitu Jihad Ummah untuk beraktifitas. Mulai dari memberikan kajian agama, serta berbagai ibadah yang sesuai syariah Islam.
Tidak hanya beribadah, pakaian mereka pun sangat menampilkan simbol-simbol sebagai muslim. Para pria menggunakan gamis dan sorban, serta wanita menggunakan hijab serta cadar.
Dari kegiatan dan tampilan yang sangat meyakinkan hingga menarik banyak orang untuk menjadi pengikut Jihad Ummah, salah satunya ibu dari Baiduri. Ia sangat yakin pada ajaran di Jihad Ummah sampai suatu hari ia mengajak Baiduri untuk ikut ke kajian di sana.
Namun alangkah kagetnya Baiduri, saat melihat orang-orang di sana meminum air rendaman kaki Walid Muhammad Mahdi Ilman (Walid) pemimpin dari Jihad Ummah. Sang ibu pun menenangkan Baiduri, ia menjelaskan bahwa itu merupakan hal yang lumrah dilakukan untuk memperoleh berkah dari seorang guru.
Saat tiba giliran Baiduri, ia pun memberontak dengan menyiramkan air tersebut ke wajah Walid. Hal itu sontak membuat orang-orang di sana marah termasuk ibunya, tetapi tidak dengan Walid. Bahkan dari kejadian itu Walid jadi tertarik dengan Baiduri, hingga meminta Ummi Hafizah istri pertama Walid untuk menghubungi ibu Baiduri agar kembali mengikuti kajian bersama Baiduri.
Baiduri menolak permintaan itu, ia ingin fokus mencari pekerjaan setelah lulus kuliah pada salah satu universitas yang ada di Mesir. Sampai suatu hari ibu dan ayah Baiduri bertengkar hebat, karena ayahnya merasa bahwa istrinya sudah memahami agama dengan menyimpang.
Pada akhirnya sang ayah memutuskan untuk menjatuhkan talak cerai pada istrinya, karena sama sekali tidak bisa menerima nasihat.
Penyimpangan Muncul ke Permukaan
Semenjak kejadian itu, Baiduri memutuskan untuk menemani ibunya untuk mengikuti kegiatan kajian di Jihad Ummah. Ia berencana untuk membuka mata ibunya, bahwa ajaran di sana menyimpang seperti kata ayahnya.
Pada suatu kajian, berbeda dari biasanya yaitu Walid menjodohkan para gadis muda dengan para kiayi atau petinggi di Jihad Ummah dan langsung menikahkan mereka tanpa wali dari para gadis tersebut. Tentu saja Baiduri merasa ganjil dengan hal tersebut, namun berbeda dengan ibunya. Sang ibu malah berharap suatu hari Walid juga bersedia mencarikan jodoh bagi Baiduri, karena baginya pilihan jodoh dari Walid pasti membawa berkah.
Di satu sisi Walid yang memang menaruh ketertarikan pada Baiduri, mulai menimbulkan perdebatan di antara empat istri Walid. Habibah, istri ke empat Walid cukup lantang menyuarakan kecurigaannya hingga Walid marah dan menghukumnya.
Hari berganti, Abi Saifullah yang merupakan tangan kanan Walid menyambut kedatangan anaknya yaitu Hambali. Ia berharap Hambali dengan latar belakang ilmu agama yang tinggi bisa ikut mengajar dan kelak menjadi pemimpin di Jihad Ummah.
Walid menyambut Hambali dengan senang hati dengan rangkaian acara penyambutan. Di tengah acara tersebut, Hambali merasakan ke anehan di mana ketika ia membaca sumpah untuk mengabdi di Jihad Ummah. Isi sumpah tersebut terkesan lebih mengagungkan Walid melebihi Nabi Muhammad SAW bahkan Allah SWT sekalipun.
Hambali pun berinisiatif berdiskusi dengan temannya yang tinggal di kota mengenai hal tersebut. Temannya pun menginfokan desas-desus ajaran di Jihad Ummah menyimpang sudah banyak menjadi perbincangan, namun belum ada yang melaporkannya secara resmi.
Setelah itu Hambali tetap kembali ke pondok Jihad Ummah, ia masih menaruh harapan bisa membantu meluruskan ajaran-ajaran yang dinilai menyimpang dari syariah Islam.
Rencana Membongkar Topeng
Baiduri mulai mencatat apa saja yang menjadi keanehan dari kegiatan yang ada di Jihad Ummah. Untuk semakin mengenal Jihad Ummah, ia mengajak ibunya untuk tinggal di pondok Jihad Ummah.
Baiduri terus mengumpulkan bukti-bukti dan menyusun rencana dengan sahabatnya. Di tengah rencananya itu ia beberapa kali bersingungan dengan Hambali. Baiduri sempat berpikir bahwa Hambali sama saja dengan Walid dan para petinggi di sana.
Namun setelah berdiskusi bersama, mereka pun sadar memiliki tujuan yang sama tetapi caranya yang berbeda. Baiduri dan Hambali pun memutuskan untuk bekerja sama agar penyimpangan yang ada di sana bisa mereka hentikan. Target Baiduri kali ini tidak hanya menyadarkan ibunya tetapi juga menyelamatkan para gadis yang ada di sana.
Gerak-gerik Baiduri dan Hambali cukup menarik perhatian Ummi Hafizah, karena mereka sering keluar masuk area pondok hampir selalu bersamaan. Ummi Hafizah menegur Baiduri, tetapi momen itu dimanfaatkan Baiduri untuk menyampaikan keresahaannya atas ajaran di Jihad Ummah.
Baiduri menyampaikan ada hal yang menyimpang terkait yang diajarkan Walid, salah satunya ‘pernikahan batin’. Ummi Hafizah tidak langsung menggubris apa yang Baiduri katakan, karena ia sangat mempercayai dan menghormati Walid.
Hingga suatu malam Ummi Hafizah mengikuti Walid yang berjalan bersama dengan seorang gadis muda yang merupakan pengikut di Jihad Ummah. Mereka menuju sebuah gua yang biasa menjadi tempat berdoa Walid.
Sesampainya di sana, Ummi Hafizah sangat terkejut dengan apa yang ia lihat. Walid bukan berdoa ataupun mengaji, tetapi melakukan ritual menjadikan gadis tersebut ‘istri batinnya’.
Akhir dari ‘Jihad Ummah’
Walid mengakhiri hukuman pada Habibah lalu memutuskan untuk menceraikannya. Hal itu sontak saja membut Habibah kecewa, karena ia harus keluar dari pondok tanpa bekal apapun serta tidak boleh membawa anak mereka.
Baiduri yang melihat hal itu, diam-diam membantu Habibah untuk memberikannya tempat tinggal sementara. Habibah bercerita banyak pada Baiduri, ia menyesal mengapa baru menyadari sekarang betapa manipulatifnya Walid.
Sementara itu di pondok, Walid mengumumkan akan ada penobatan khusus bagi para pengikutnya yang setia di Malam Bahtera Melayu. Dari desas-desusnya, Hambali mendengar inti dari acara tersebut adalah akan ada perjodohan khusus bahkan kemungkinan Walid menentukan pasangan untuk dirinya sendiri juga.
Hari itu pun tiba, seperti yang sudah diperkirakan selain selain para petinggi yang dipilihkan pasangan, Walid juga memilih pasangan untuknya yaitu Baiduri. Hal itu sontak membuat Baiduri kaget dan segera menentang keputusan itu.
Selain itu, para gadis muda pun kecewa pada keputusan itu dan dari situ pula diketahui bahwa hampir semua gadis yang ada di sana sudah menjadi ‘istri batin’ Walid. Hingga salah satu gadis yaitu Mia mengakui ia tengah hamil, Walid pun melakukan berbagai cara untuk menyembunyikan keberadaannya.
Baiduri dan Hambali kini tengah bersiap untuk membawa para gadis keluar dari pondok, hingga mereka menyadari Mia menghilang. Baiduri segera mencari tahu keberadaannya, sampai ia menerima kabar bahwa Mia tengah kritis karena pendarahan setelah melakukan pengguguran janin.
Karena kehabisan waktu, Baiduri meminta tolong sahabatnya untuk membantu mengurus Mia. Baiduri dan Hambali segera mengevakuasi yang lainnya. Namun mereka tertangkap basah dan langsung di hukum oleh Walid.
Ibu Baiduri tidak tega melihat anaknya, ia pun memohon pada Walid untuk mengampuninya. Walid pun mengabulkan permintaan tersebut, tetapi ia menggantinya dengan hukuman yang lain. Walid membawa Baiduri ke pondok, ia berniat untuk ‘menguasai’ Baiduri.
Sebelum terlaksana, Hambali menyergap Walid dengan sekelompok polisi. Polisi datang atas laporan dari Ummi Hafizah, ia sudah menyadari penyimpangan ajaran Walid.
Review
Secara keseluruhan drama Bidaah berhasil menyampaikan isi ceritanya dengan sangat baik. Dengan latar belakang menggunakan adat Melayu serta agama Islam membuat drama ini cukup relate dengan penonton dari Indonesia.
Drama ini patut mendapatkan apresiasi, karena cukup berani mengangkat hal-hal yang sudah mengakar di masyarakat. Banyak sekali masyarakat tertipu dengan orang yang mengajarkan ilmu mengatasnamakan agama namun sebenarnya hanya untuk keuntungan pribadi.
Drama Bidaah juga menuai kritik karena dinilai telah melecehkan simbol-simbol agama Islam. Padahal jika melihat lebih dalam drama ini berusaha menyampaikan bagaimana ada kelompok tertentu yang berusaha menggunakan simbol Islam bukan untuk berdakwah.
Inti pesan dari drama Bidaah adalah untuk menyadarkan masyarakat agar lebih berhati-hati ketika memilih tempat atau guru ketika ingin menuntut ilmu agama. Jangan hanya melihat apa yang mereka kenakan, baik itu pakaian maupun tempat. Fokus pada ilmu atau isi kajian yang mereka sampaikan.
Drama Bidaah sangat rekomen untuk ditonton, dengan nilai edukasi yang tinggi dan penyampaian ceritanya cukup on point sehingga penonton akan sangat mudah mencerna pesan yang disampaikan.