nouranoor.com – Seminggu terakhir ini para netizen ramai memberikan kritik pada film animasi Merah Putih ‘One For All’. Pasalnya film animasi tersebut digadang-gadang akan tayang di bioskop pada pertengahan Agustus ini untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia.
Berbagai kritik dari netizen mulai dari kualitas grafik animasi hingga premis cerita yang dinilai kurang berisi. Bukan tanpa alasan kritik tajam ini netizen lontarkan, karena ekspektasi netizen saat ini sudah sangat tinggi akan kualitas sebuah film, terutama animasi.
Terlebih dengan kesuksesan Jumbo beberapa waktu lalu, dan tentunya ini menjadi benchmark dari standar sebuah film animasi. Jadi bukan hal yang mengherankan ketika Merah Putih ‘One For All’ merilis trailer, kritikan netizen datang bertubi-tubi.
Salah satu hal yang membuat netizen geram adalah dengan kualitas seperti itu, Merah Putih ‘One For All’ bisa tayang di bioskop. Tentu saja netizen mempertanyakan bagaimana film ini bisa lolos dan masuk standar untuk tayang di bioskop.
Secara umum tidak ada masalah dengan animasi Merah Putih ‘One For All’ jika hanya tayang di platform online seperti kanal Youtube. Namun kenyataannya dengan kualitas seperti itu tetap lolos tayang di bioskop.
Alhasil kegeraman netizen semakin meluas, hingga mengulik lebih dalam tentang film ini. Berikut ini beberapa poin yang menjadi kritik netizen akan film animasi Merah Putih ‘One For All’.
Sumber Dana
Dari berbagai sumber banyak yang mengatakan biaya produksi Merah Putih ‘One For All’ mencapai 6,7 miliar rupiah. Dengan biaya sebesar itu, netizen langsung ramai-ramai berasumsi bahwa ini disponsori oleh pemerintah.
Asumsi ini bukan tanpa dasar, pasalnya sebelum trailer Merah Putih ‘One For All’ tayang netizen menemukan postingan Komdigi yang bertemu dengan sineas di balik pembuat film animasi ini yaitu Perfiki Kreasindo. Alhasil netizen meyakini sumber dana dari produksi film ini dari dana pemerintah.
Namun baru-baru ini, CEO Perfiki Kreasindo Endiarto dalam sebuah wawancara langsung membatah isu tersebut. Ia mengatakan tidak menerima dana sedikit pun dari pemerintah untuk produksi Merah Putih ‘One For All’.
Lebih lanjut Endiarto mengatakan sumber dana dari hasil gotong royong bersama. Namun ia tidak menjelaskan dengan detail pihak mana saja yang secara sukarela mendanai film animasi bertema kebangsaan ini.
Rumah Produksi
Poin selanjutnya adalah Perfiki Kreasindo sebagai rumah produksi dari Merah Putih ‘One For All’. Banyak netizen yang berasumsi bahwa Perfiki Kreasindo merupakan anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Faktanya, Perfiki Kreasindo sebuah rumah produksi yang bernaung di bawah Yayasan Pusat Perfilman H. Umar Ismail. Mengutip informasi dari Cinema XXI menunjukkan bahwa yayasan ini merupakan institusi swasta yang fokus pada pengembangan sinema nasional.
Jadi asumsi netizen mengenai Merah Putih ‘One For All’ diproduksi oleh anak perusahaan BUMN terbantahkan. Namun hal ini tidak mengurangi kecurigaan netizen tentang keterlibatan pihak pemerintah dalam proyek ambisius ini.
Pasalnya setelah netizen mengulik lebih jauh, dengan mengelola dana sebesar itu untuk membuat sebuah film animasi entitas rumah produksi tidak jelas. Jika mencari situs resmi Perfiki Kreasindo, tidak ditemukan apa pun.

Hal ini semakin membuat netizen geram, bagaimana bisa rumah produksi sekelas ini mendapatkan kredit untuk menayangkan film dengan kualitas seperti itu untuk tayang di bioskop.
Kualitas Animasi
Sekali lagi tidak ada suatu karya yang buruk, bahkan banyak netizen juga mengapresiasi kualitas animasi Merah Putih ‘One For All’. Namun untuk sebuah film yang layak tayang di bioskop tentu saja Merah Putih ‘One For All’ ini netizen menilai tidak memenuhi standar.
Jika membandingkan dengan film animasi bertema kebangsaan pada 2021 yaitu Battle of Surabaya, secara kualias tentu jauh lebih baik dan layak tayang di bioskop. Kemunculan Merah Putih ‘One For All’ tayang di bioskop, tentu saja bukan hanya penurunan standar film tetapi juga mencederai para sineas yang karyanya lebih berkualitas.
Lebih jauh netizen mengulik bahwa sebagian besar karakter dan spot lokasi merupakan aset 3D yang dijual bebas di platform online. Harganya pun bervariasi mulai dari belasan hingga ratusan dollar. Jika kita konversi ke rupiah, nominalnya tidak mencapai dua digit.

Tidak berhenti sampai situ, baru-baru ini seorang Animator asal Pakistan Junaid Miran mengklaim bahwa ia adalah kreator dari karakter yang ada di animasi Merah Putih ‘One For All’. Selain itu iya juga mengatakan tidak ada dari tim rumah produksi yang menghubunginya untuk izin penggunaan.
Awalnya netizen memaklumi jika memang membeli aset 3D untuk di kembangkan, namun berkembang isu tersebut yang semakin membuat netizen geram. Hingga artikel ini tayang belum ada klarifikasi dari tim rumah produksi Merah Putih ‘One For All’ mengenai tuduhan tersebut.
Premis Cerita
Merah Putih ‘One For All’ menceritakan tentang sekelompok anak dari sebuah desa yang mendapat tugas dari kepala desa untuk mencari bendera merah putih yang hilang. Bendera tersebut sejatinya akan mereka gunakan untuk perayaan hari Kemerdekaan.
Netizen menilai premis cerita ini kurang ‘berisi’, di mana sekelompok anak tersebut harus mencari sampai ke tengah hutan belantara dan bertemu dengan hewan buas untuk mencari bendera merah putih. Pasalnya di awal terlihat gapura desa yang berhias banyak bendera merah putih, lalu adegan di mana mereka melewati pasar. Tentunya menjadi pertanyaan mengapa tidak menggunakan yang ada di gapura atau membelinya di pasar.
Selain itu ada adegan gudang penyimpanan bendera yang hilang terdapat sejata api ak-47, layaknya barak militer. Tentu saja menjadi pertanyaan, bagaimana sebuah desa terdapat beberapa senjata api di gudangnya.
Masih ada part lain yang juga sangat tidak sesuai dengan cerita, yang semakin membuat netizen merasa Merah Putih ‘One For All’ tidak layak tayang di bioskop.
Dengan berbagai kritikan, gala premier Merah Putih ‘One For All’ tetap terlaksana beberapa hari lalu. Selain itu akan tetap tayang secara resmi pada 14 Agustus 2025.
Konten kreator Medy Renaldy di akun media sosial pribadinya mengunggah sebuah postingan untuk tidak menonton film ini. Hal itu ia sampaikan sebagai bentuk protes akan standar sebuah film yang layak tanyang di bioskop. Selain itu ini juga sebagai apresiasi bagi para sineas lain yang sudah effort dalam membuat film yang berkualitas.
Menurutnya tidak selayaknya kita mensejajarkan film-film yang sudah berkualitas dengan standar Merah Putih ‘One For All’. Jika film ini masih banyak yang menonton, bisa jadi akan membuat para sineas lain menurunkan kualitasnya dalam memproduksi sebuah film terutama animasi.
Bagaimana menurut kalian, apakah kalian setuju dengan pendapat tersebut?
1 thought on “Film Animasi Merah Putih ‘One For All’ Tuai Kritik Tajam Netizen”