Sejarah Bulu Tangkis, Salah Satu Olahraga Populer di Asia

Sejarah Bulu Tangkis, Salah Satu Olahraga Populer di Asia

Noupedia

nouranoor.com – Olahraga bulu tangkis menjadi salah satu cabang olahraga paling populer terutama di Asia khususnya Asia Timur dan Asia Tenggara. Tercatat para legenda bulu tangkis banyak berasal dari negara di kawasan Asia seperti Cina, Indonesia, Malaysia, Jepang, dan Korea Selatan.

Pelaksanaan kejuaraan dunia Thomas Cup dan Uber Cup setiap dua tahun sekali. Pada kejuaraan tersebut, Indonesia (14 kali juara Thomas Cup) dan Cina (16 kali juara Uber Cup) mendominasi di daftar juara. Bahkan pada kejuaraan 2024 lalu, pertandingan final menjadi duel antara Indonesia dan Cina baik di Thomas Cup maupun Uber Cup.

Namun faktanya, Inggris menjadi negara yang mempopulerkan bulu tangkis. Berikut sejarah bulu tangkis hingga menjadi salah satu cabang olahraga yang mendunia.

Asal Usul Bulu Tangkis

Bulu tangkis umumnya merupakan permainan yang menggunakan raket dan kok di mana pemain berlawanan antara dua orang atau berpasangan. Menurut para ahli sejarah, bangsa Yunani, Cina, dan India yang menemukan bulu tangkis yang berkembang sekitar 2000 tahun yang lalu.

Di Cina kuno bulu tangkis disebut “Jianzi”. Pada saat itu, bulu tangkis hanya menggunakan kok tanpa raket dan memainkannya mirip seperti sepak takraw yang menggunakan kaki.

Sementara di Inggris terkenal dengan “Battledore & Shuttlecock”, permainan ini cukup populer saat itu terutama bagi anak-anak. Berbeda dengan yang di Cina, permainan ini menggunakan dayung/tongkat (battledore) untuk memukul kok. Memainkan secara berkelompok, inti permainan ini yaitu untuk mempertahankan kok tetap di udara. Kepopuleran permainan ini menjadi pemandangan umum di jalan-jalan London, hingga pada 1854 majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.

Pada abad ke-19, para tentara Inggris menciptakan permainan bulu tangkis menjadi olahraga yang kompetitif di Pune, India (wilayah yang menjadi jajahan Inggris saat itu). Dalam permainan ini mulai menggunakan jaring antara kedua permain. Maka pada masa itu, di India bulu tangkis disebut “Poona”.

Badminton Battledore – a new game

Lalu pada 1850-an, para tentara membawa kembai permainan ini ke Inggris. Nama bulu tangkis (badminton) yang terkenal hingga saat ini terinspirasi dari sebuah pamflet pada 1860. Isaac Spratt seorang penyalur mainan Inggris yang membuat pamflet tersebut. Pamflet itu  berjudul “Badminton Battledore – a new game” (Battledore bulu tangkis – sebuah permainan baru). Pada tahun 1873, bulu tangkis diperkenalkan secara resmi di Badminton House, sebuah estat besar milik Duke of Beaufort’s di Gloucestershire, Inggris. Setelah itu bulu tangkis semakin terkenal di kalangan para bangsawan dan berkembang pesat.

Baca Juga:  Kisah Di Balik Tercetusnya Hari Buruh Internasional

Bulu Tangkis menjadi Olahraga yang Kompetitif

Perkembangan olahraga bulu tangkis yang semakin pesat di Inggris, sehingga pada 1893 dibentuk Badminton Asscosiation of England (BAE). Asosiasi ini membuat standarisasi peraturan permainan dan turnamen olahraga bulu tangkis.

Pada 1899, BAE mulai membuat kejuaraan resmi yaitu “All England Open Badminton Championship” di Horticultural Halls, Guildford, Inggris. Para atlet yang mengikuti kejuaraan berasal dari klub-klub bulu tangkis di Inggris yang telah berlatih dengan standar BAE. Pada pelaksanaan pertama kali, kejuaraan ini hanya mempertandingkan kategori Ganda Putra, Ganda Putri, dan Ganda Campuran.

Penduduk Inggris lalu membawa olahraga bulu tangkis ini ke beberapa negara seperti, Jepang, Cina, dan Thailand Ketika mereka sedang melakukan kolonisasi di Asia. Selain tersebar di Asia, bulu tangkis juga semakin terkenal di negara-negara Skandinavaia. Pada 1904, peserta dari negara lain yaitu Irlandia mulai mengikuti kejuaran All England. Lalu pada seri-seri kejuaraan selanjutnya semakin banyak negara lain yang menjadi peserta seperti Skotlandia, Wales, Denmark, dan India.

Turnamen semakin kompetitif dengan semakin banyak peserta dari berbagai negara, dan pada 1920-an Denmark mulai mendominasi bulu tangkis di Eropa. Pada 1934, barulah dibentuk International Badminton Federation (IBF) dengan 9 negara menjadi anggota yaitu Kanada, Denmark, Inggris, Perancis, Irlandia, Belanda, Selandia Baru, Skotlandia, dan Wales yang berkantor pusat di Cheltenham, Inggris.

Perkembangan Organisasi Bulu Tangkis

IBF mulai mengadakan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis petama kali pada 1977 di Malmo, Swedia. Pada masa itu, negara-negara Asia seperti Malaysia, Indonesia, dan Cina sudah mulai menunjukkan dominasinya pada olahraga bulu tangkis ini. Pelaksanaaan Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis dilaksankan di Jakarta, Indonesia diikuti oleh 32 negara pada 1980.

Pada Olimpiade Munich 1972, bulu tangkis ikut serta sebagai cabang olahraga demonstrasi. Kemudian, pada Olimpiade Barcelona 1992 barulah bulu tangkis menjadi cabang olahraga resmi. Kategori yang terdaftar yaitu Tunggal Putra & Putri, serta Ganda Putra & Putri. Indonesia berhasil memperoleh dua emas untuk kategori Tunggal Putra (Alan Budikusuma) dan Tunggal Putri (Susi Susanti), sedangkan kategori Ganda diraih oleh pasangan dari Korea Selatan.

Kini IBF sudah berganti nama menjadi Badminton World Federation (BWF) sejak tahun 2006 dan berkantor pusat di Kuala Lumpur, Malaysia. Jumlah negara yang menjadi anggota saat ini ada 176. Berasal dari Konfederasi Regional Asia (BAC) 41 negara, Eropa (BEC) 51 negara, Amerika (BPA) 33 negara, Afrika (BAC) 37 negara, dan Oseania (BO) 14 negara.

Kemajuan Teknologi pada Bulu Tangkis

Pada 1980-an, BWF sudah membuat standarisasi untuk shuttlecock. Standar ini mengatur penggunaan bulu angsa dan ukuran agar berat setiap shuttlecock konsisten. Selain itu, ada standar jenis raket dengan spesifikasi terbuat dari serat karbon dan grafit agar lebih ringan dan kuat untuk menggantikan kayu dan logam.

Baca Juga:  Top 10 Menu Makanan Khas Menyambut Hari Raya Idul Fitri

Bulu tangkis yang awalnya menggunakan sistem skor diubah menjadi rally point pada 2006. BWF mengubah sistem skor dari 15 poin (putra) dan 11 poin (putri) menjadi 21 poin rally system, guna meningkatkan tempo permainan. Selain itu, masih di tahun yang sama sudah mulai menggunakan sensor untuk mengukur kecepatan shuttlecock dari smash pemain. Penggunaan sensor ini baru untuk kejuaraan-kejuaraan besar saat itu.

Penggunaan teknologi semakin meningkat, pada 2008 tim pelatih mulai memanfaatkan analisis video untuk melihat data statistik pemain serta mengatur strategi. Selain itu, teknologi ini sangat membantu untuk siaran televisi sehingga ada replay video serta slow-motion. Pada kejuaraan besar menggunakan teknologi ini sebagai standar siaran.

Pada 2013, pengenalan teknologi Hawk-Eye untuk melacak lintasan pukulan shuttlecock. Teknologi ini menggunakan beberapa kamera dan dapat memberikan Keputusan dalam waktu kurang dari 10 detik apakah shuttlecock masuk atau keluar lapangan permainan. Pada gelaran kejuaraan All England 2014 resmin menggunakan sistem Hawk-Eye.

BWF kemudian meningkatkan sistem Hawk-Eye dengan Instant Review System (IRS) pada 2018. Penerapan sistem pada Kejuaraan Dunia, All England, dan Olimpiade. Peraturan dari BWF, setiap pemain mendapatkan 2 kesempatan challenge setiap game. Jika benar saat meminta challenge, maka tidak mengurangi jumlah kesempatan challenge.

Badminton Hall of Fame

BWF mulai memberikan penghargaan ini sejak tahun 1996, berikut nama-nama yang menerima penghargaan tersebut pada tahun itu:

Badminton Hall of Fame merupakan penghargaan bergensi kepada individu yang telah memberikan kontribusi penting dalam dunia bulu tangkis. Selain atlet, para pelatih dan administrator juga berkesempatan memdapatkan penghargaan ini.

  • Colonel S. S. C. Dolby (Inggris)
    Juara All England 1899 dan tokoh perintis peraturan serta organisasi bulu tangkis pada awal abad ke-20.
  • Sir George A Thomas (Inggris)
    Pencetus Piala Thomas (Thomas Cup) dan peraih 21 gelar All England dari tahun 1903 – 1928.
  • Mrs. Betty Uber (Inggris)
    Pencetus Piala Uber (Uber Cup), tokoh penting dalam pengembangan bulu tangkis di sektor putri, dan peraih 13 gelar All England.
  • Herbert A. E. Scheele (Inggris)
    Editor dan penulis berbagai aturan serta buku tentang bulu tangkis, termasuk “The International Badminton Rules”, serta salah satu tokoh penting dalam penyempurnaan peraturan resmi bulu tangkis internasional.

Sederet nama pemain dan tokoh penting bulu tangkis Indonesia juga masuk dalam daftar penghargaan ini di antaranya Rudy Hartono Kurniawan (1997), Dick Sudirman (1997), Christian Hadinata (2001), Liem Swie King (2002), Susi Susanti (2004), Tjun Tjun/Johan Wahjudi (2009), Rexy Mainaky/Ricky Soebagdja (2009), dan Liliyana Natsir (2022).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *