nouranoor.com – Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah gencar menginisiasi untuk mengeksplor kekayaan SDA (Sumber Daya Alam) Indonesia. Hal ini sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan negara serta menjadikan Indonesia sebagai negara maju.
Program hilirisasi menjadi program yang selalu digaungkan pemerintah terkait pengolahan SDA. Dengan program hilirisasi, SDA akan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi, dan tentunya berdampak positif. Nilai tambah yang negara dapatkan di antaranya meningkatnya pendapatan negara, menciptakan lapangan kerja, serta membangun kemandirian industri dan ekonomi nasional.
Itu semua adalah hal-hal positifnya, namun faktanya rakyat perlu membayar ‘mahal’ atas dampak dari eksplorasi SDA ini. Hal ini yang jarang bahkan tidak pernah disampaikan ke publik.
Berikut ini 5 dokumenter rekomendasi dari Wactdoc Documentary yang layak untuk kalian tonton. Setelah ini kalian bisa melihat lebih jauh apakah benar eksploitasi SDA bisa membuat negara maju atau bahkan sebaliknya.
Bloody Nickel Series

Dokumenter pertama ada Bloody Nickel Series, dokumenter ini terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama, Ilustrasi Transisi Energi yang rilis pada Januari 2024. Secara garis besar menggambarkan sisi pemerintah yang mendorong konversi kendaraan berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik yang ramah lingkungan dengan hilirisasi nikel. Namun pada prakteknya, kegiatan ini dengan ekstraksi secara masif untuk industri.
Tentu saja hal itu berdampak buruk ruang hidup, ekonomi, dan sosio-kultural masyarakat di berbagai wilayah. Di antara penduduk di Pulau Wawonii (Sulawesi Tenggara), di desa Sagea, Halmahera Tengah, serta masyarakat adat O’Hongana Manyawa, Halmahera Timur. Sebagai contoh penurunan hasil panen petani karena wilayahnya menjadi jalur industri nikel. Sebagai contoh di antranya ada cerita petani jambu mete yang merugi hingga 55 juta rupiah dan petani cengkeh merugi 170 juta rupiah setiap kali panen. Namun kerugian itu tidak pernah mendapat kompensasi dari pihak-pihak yang harusnya bertanggung jawab.
Bagian kedua, Kutukan Nikel yang rilis pada Agustus 2024. Dokumenter ini menggambarkan bagaimana Indonesia yang memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan ambisi besar pemerintah untuk menjadi produsen utama mobil listrik dan baterai listrik, dengan menjalankan setidaknya 116 proyek smelter nikel pada 2023.
Namun sebagaimana proyek-proyek ekstraktif lainnya, akselerasi industri nikel memunculkan kesengsaraan dan penderitaan bagi penduduk di daerah tersebut. Seperti desa-desa di Halmahera Timur (Maluku Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Salah satunya cerita dari nelayan warga desa Mabaputra, Halmahera Timur yang kesulitan mendapat ikan karena limbah smelter yang mencemari laut.
Bagian ketiga, Republik Rente yang rilis pada Maret 2025. Pada dokumenter ini menggambarkan hilirisasi nikel menjadi salah satu program ambisius Presiden Joko Widodo (Jokowi) di masa kepemimpinannya. Dengan sejumlah kebijakan dan infrastruktur, ia yakin program hilirisasi akan mendongkrak pendapatan negara. Namun pada pelaksanaannya, kepentingan oligarki justru mendominasi program ini. Tidak hanya di tingkat nasional, tapi juga di tingkat daerah.
Melawan Demam Geotermal

Melawan Demam Geotermal merupakan dokumenter kolaborasi Wactdoc Documentary dengan Ashram Project yang rilis pada Desember 2024. Dokumenter ini menceritakan tentang perlawanan masyarakat terkait isu eksplorasi geotermal di Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Masyarakat dari desa Cipendawa, Kab. Garut dan desa Citasuk, Kab. Serang yang umumnya berprofesi sebagai petani terus menyuarakan penolakannya. Mereka khawatir jika ekplorasi geotermal terjadi di sana, maka mata air yang menjadi sumber pengairan untuk pertanian akan tercemar. Secara otomatis akan merusak mata pencaharian mereka.
Tidak kalah penting, ekplorasi geotermal ini bisa mengganggu kehidupan satwa yang ada di sana seperti elang jawa, lutung budeng, owa jawa, puyuh gonggong, macan kumbang, dan macan tutul. Selain kerusakan alam, ada juga ancaman paparan gas beracun hidrogen sulfida (H2S) bagi masyarakat sekita area eksplorasi geotermal.
Dengan berbagai bahaya dari eksplorasi tersebut, apakah memanfaatkan geotermal sebagai sumber daya pembangkit listrik hasilnya akan sebanding. Dari dokumenter ini juga tergambar Proyek Strategi Nasional (PSN) yang terkesan kurang kajian bahkan lebih menguntungkan pihak tertentu dibanding keuntungan bagi masyarakat luas.
AFSYA: Membela Hutan Adat

AFSYA, sebuah dokumenter tentang perjuangan masyarakat adat Papua yang menentang perusakan hutan untuk menjadi perkebunan sawit. Dokumenter ini produksi antara WatchDoc, Pusaka, RAN dan Selamatkan Hutan Hujan yang rilis pada November 2024.
Ekplorasi hutan di Papua untuk perkebunan sawit mengancam tumbuhan dan hewan endemik di sana. Hutan Papua memiliki 15.000 – 20.000 jenis tumbuhan endemik dan sekitar 997 jenis hewan endemik.
Sekitar 9.000 hektar deforestasi di Sorong Selatan beralih menjadi perkebunan sawit. Selain itu juga sudah ada rencana pengalihan hutan untuk perkebunan sawit seluas kurang lebih 14.000 hektar. Alih fungsi tidak hanya mengganggu ruang hidup masyarakat adat suku Afsya, tetapi juga suku Gemna, Nakna, dan Yaben.
Dokumenter ini menunjukan bagaimana pentingnya perlindungan dan pengakuan masyarakat adat, demi bumi kita dan kemanusiaan.
Tanah Moyangku

Dokumenter Tanah Moyangku yang rilis pada Januari 2024, menggabarkan bagaimana sekktor agraria sebagai salah satu sektor yang sering memicu konflik di Indonesia. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat, dari tahun 2015 – 2022, terjadi sedikitnya 2701 konflik agraria di berbagai daerah di Indonesia.
Dari jumlah itu 1.934 orang di kriminalisasi, 814 di aniaya, 78 orang tertembak, dan 69 orang di antaranya tewas. Konflik agraria ini meliputi tanah seluas hampir 6 juta hektar dan mencakup lebih dari 1,7 juta keluarga.
Jika dirunut, konflik agraria ini memiliki akar sejarah yang sangat jauh hingga ke era kolonial eropa terutama saat Kerajaan Belanda menjajah Indonesia.
Tahun 1870, pemerintah Kerajaan Belanda memberlakukan Agrarische Wet atau Undang-Undang Pertanahan yang salah satunya mengatur tentang Domein Verklaring atau deklarasi domein atau wilayah. Artinya wilayah Indonesia yang tidak bisa dibuktikan kepemilikannya menjadi milik negara.
Sejak itulah sebagian besar tanah di Indonesia menjadi Pemerintah Belanda. Sayangya setelah Indonesia merdeka tahun 1945, tidak ada perubahan mendasar tentang aturan pertanahan ini sehingga konflik agraria terus belanjut sampai saat ini.
Kesetrum Listrik Negara

Kesetrum Listrik Negara, merupakan dokumenter yang rilis pada September 2020 menggambarkan tentang bagaimana kondisi pengelolaan listrik negara dengan sumberdaya batu bara.
Di mulai dari ratusan ribu pelanggan mengeluhkan tagihan yang tiba-tiba melonjak. Kekacauan perhitungan ini semakin menguatkan kekhawatiran publik terhadap masalah bisnis PLN sebagai perusahaan yang menyediakan pelayanan energi utama bagi masyarakat.
Di saat yang bersamaan, PLN sendiri terikat dengan skema-skema bisnis yang menguntungkan kekuatan ekonomi politik tertentu. Sementara itu masyarakat sendiri memiliki potensi untuk mulai melepaskan ketergantungan terhadap penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan, yang menjadi tulang punggung oligarki di Indonesia.
Selain itu juga masih banyak dokumenter – dokumenter lain yang menggambarkan berbagai dampak negatif dari eksplorasi alam secara masif seperti The Mahuzes (2015), Samin vs Semen (2015), Asimetris (2018), dan Sexy Killers (2019).
Setelah menonton kalian pasti bisa menjawab bahwa kekayaan sumber daya alam bukanlah sebuah jaminan menjadi negara maju. Namun pengelolaan yang tepat akan sumber dayalah yang bisa memajukan sebuah negara. Sudah banyak contoh negara maju, bukan karena sumber daya alamnya tetapi karena kualitas sumber daya manusianya.