Mengenal Bias Kognitif, Musuh Dalam Pikiran

Mengenal Bias Kognitif, Musuh Dalam Pikiran Kita Sendiri

Noupedia

nouranoor.com – Istilah bias kognitif mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, padahal faktanya sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Aktivitas harian yang cukup dekat dengan istilah ini seperti dalam pengambilan keputusan tertentu.

Sebagai contoh, ketika seseorang sudah yakin membuat keputusan terbaik, namun malah menyesalinya di akhir. Bisa juga ketika seseorang begitu yakin akan suatu hal, lalu ternyata kenyataannya berbalik 180 derajat atau jauh dari yang ia yakini.

Situasi seperti itu bukanlah hal yang langka, dan sering kali terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Ini bukan karena kurangnya informasi atau kemampuan berpikir, melainkan karena adanya pengaruh halus dari cara otak memproses informasi.

Fenomena tersebut umumnya dikenal sebagai bias kognitif. Jadi tanpa sadar hal itu sangat lekat dengan kita sehari-hari. Lalu pertanyaannya mengapa hal tersebut menjadi musuh dalam pikiran kita?

Bias kognitif terkesan begitu bahaya karena memiliki sifat atau cara kerja yang tersembunyi. Dalam jangka panjang, bias kognitif bisa menjadi musuh yang tanpa sadar dapat merusak logika, menggiring pada keputusan buruk, dan membatasi kemampuan untuk berpikir jernih.

Bias kognitif adalah kecenderungan sistematis dalam berpikir yang menyebabkan penyimpangan dari penilaian rasional dan objektif. Tanpa kita sadari, otak sering mengambil jalan pintas mental—disebut heuristik—untuk menyederhanakan kompleksitas informasi yang kita hadapi setiap hari. Meskipun berguna dalam banyak situasi, jalan pintas ini juga bisa menjebak kita dalam pola pikir yang keliru.

Yang membuat bias kognitif begitu berbahaya adalah sifatnya yang tersembunyi. Ia bekerja di balik layar, membentuk cara kita menilai orang lain, membuat keputusan, bahkan membentuk keyakinan. Karena berasal dari dalam diri kita sendiri, bias ini sering tidak terdeteksi, padahal dampaknya sangat nyata. Dalam jangka panjang, bias kognitif bisa menjadi musuh diam-diam yang merusak logika, menggiring kita pada keputusan buruk, dan membatasi kemampuan kita untuk berpikir jernih.

Apa itu Bias Kognitif?

Bias kognitif adalah kecenderungan sistematis dalam berpikir yang menyebabkan penyimpangan dalam memproses dan menginterpretasikan informasi sehingga penilaian tidak objektif. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh dua psikolog terkenal, Daniel Kahneman dan Amos Tversky, pada tahun 1970-an.

Melalui dari serangkaian eksperimen, keduanya menemukan bahwa manusia cenderung menggunakan shortcut mental atau heuristik untuk mempercepat proses pengambilan keputusan. Namun faktanya, cara berpikir cepat ini kerap melahirkan kesalahan sistematis dalam penilaian.

Daniel Kahneman dalam bukunya yang berjudul Thinking, Fast and Slow, membagi cara berpikir manusia ke dalam dua sistem. Pada sistem yang pertama yaitu berpikir cepat, intuitif, serta emosional, dan sistem yang kedua yaitu berpikir lambat, rasional, serta analitis.

Bias kognitif umumnya muncul dengan seseorang yang menggunakan sistem berpikit pertama. Mereka akan secara otomatis menilai situasi berdasarkan pengalaman, asumsi, dan perasaan. Meskipun efisien, sistem ini sangat rentan terhadap kesalahan, terutama dalam situasi yang kompleks atau saat informasi yang ada tidak lengkap.

Baca Juga:  Pro Kontra Vasektomi di Masyarakat, Berikut Penjelasannya

Sebagai contoh, ketika kita melihat seseorang berpakaian rapi dan percaya diri, mungkin kita akan langsung berpikir bahwa orang tersebut sukses atau cerdas. Padahal belum tentu faktanya seperti itu, karena tidak ada bukti konkret yang mendukung penilaian tersebut.

Ini adalah bentuk dari shortcut mental yang disebut representativeness heuristic, kemampuan seseorang menilai sesuatu berdasarkan kemiripannya dengan stereotip yang ia miliki, bukan berdasarkan data objektif.

Penting untuk kita sadari bahwa bias kognitif bukanlah tanda kelemahan intelektual. Namun sebaliknya, ini adalah produk sampingan dari cara kerja otak yang berusaha menyederhanakan dunia yang rumit. Hal yang perlu kita lakukan adalah memahami dan mengendalikan bias kognitif, agar tetap menjadi pemikir yang lebih jernih dan objektif.

Jenis Umum Bias Kognitif

Bias kognitif memiliki beberapa jenis secara umum yang sering kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut jenis-jenis umum bias kognitif :

  1. Confirmation Bias
    Confirmation Bias atau Bias Konfirmasi merupakan kecenderungan seseorang mencari dan mempercayai informasi yang mendukung keyakinannya, serta mengabaikan yang bertentangan. Misalnya, jika seseorang percaya bahwa kopi buruk untuk kesehatan, ia akan lebih mudah menemukan dan mengingat artikel yang membenarkan keyakinan tersebut.

    Psikolog Raymond Nickerson menyebut jenis bias ini sebagai “salah satu yang paling kuat dalam pikiran manusia dalam menghambat objektivitas.” Jika kita lihat, bias konfirmasi ini menjadi jenis yang paling umum terjadi pada seseorang.
  2. Anchoring Bias
    Achoring Bias atau Efek Jangkar merupakan jenis bias di mana seseorang cenderung terlalu bergantung pada informasi awal yang mereka terima saat membuat keputusan, bahkan jika informasi tersebut tidak relevan.

    Sebagai contoh nilai atau informasi pertama yang kita terima sering kali menjadi “jangkar” dalam menilai sesuatu hal selanjutnya. Misalnya, saat melihat informasi diskon suatu barang, harga awal Rp1.000.000 dan setelah diskon Rp500.000. Dari situ kita akan merasa harga tersebut lebih murah, dibandingkan jika langsung menerima info harganya Rp500.000.
  3. Availability Heuristic
    Heuristik ketersediaan adalah kecenderungan menilai sesuatu berdasarkan seberapa mudah informasi muncul atau yang baru terjadi, yang terkadang tidak akurat.

    Contohnya, setelah menonton berita tentang kecelakaan pesawat, seseorang bisa merasa bahwa naik pesawat sangat berbahaya, padahal secara statistik jauh lebih aman jika membandingkan dengan naik mobil atau motor.
  4. Dunning-Kruger Effect
    Efek Dunning-Kruger adalah di mana orang yang kurang kompeten cenderung melebih-lebihkan dirinya, sementara orang dengan keterampilan tinggi malah meragukan dirinya. Ini bisa menyebabkan kita salah menilai tentang siapa yang layak kita percaya dalam mengemban suatu bidang.
  5. Hindsight Bias
    Hindsight bias adalah kecenderungan untuk menganggap bahwa suatu peristiwa yang telah terjadi merupakan sesuatu yang sudah dapat kita prediksi sejak awal, walaupun tidak ada bukti yang kuat untuk itu.
Baca Juga:  Hari Pancasila, Bagaimana Sebagai Pemuda Memaknainya?

Dampak Pada Aktivitas Sehari-hari

Kita sadari atau tidak faktanya bias kognitif sangat memberikan pengaruh pada aktivitas sehari-hari dalam membuat keputusan. Contohnya, kita pasti pernah menilai seseorang dari kesan pertama yang ia tunjukkan (hallo effect) atau membeli barang hanya karena kemasannya, bukan isinya.

Hal tersebut menunjukkan bias kognitif mampu mengarahkan kita untuk membuat keputusan yang terlihat logis, namun yang terjadi adalah kebalikannya. Dalam berbagai hal yang lebih kompleks, bias kognitif juga bisa memberikan dampak.

Sebagai contoh saat di lingkungan kerja, bisnis, bahkan hingga politik. Misal saat di dunia kerja, pasti kita sering menemui orang-orang yang memperoleh gaji tidak sesuai kemampuannya. Keputusan ini umumnya terpengaruh oleh anchoring bias, bisa karena melihat lulusan universitas ternama atau rekanan dari atasan. Hal itu tentu saja sangat tidak objektif, dan bisa menimbulkan kecemburuan sosial di lingkungan kerja.

Jika di politik, kita bisa melihat saat pemilu serentak tahun lalu. Banyak sekali informasi positif maupun negatif tentang setiap calon peserta pemilu. Namun kebanyakan dari kita hanya fokus pada informasi positif pada calon yang kita pilih, lalu menilai informasi negatif sebagai hoax.

Hal itu menunjukkan bahwa kita terpengaruh oleh confirmation bias, yang mendorong kita untuk mempercayai informasi yang mendukung pilihan kita. Akibatnya, sering terjadi perdebatan antar dua kelompok pendukung namun tidak fokus mencari kebenaran dari informasi yang beredar.

Selain pada aktivitas sehari-hari, tanpa kita sadari bias kognitif dapat berdampak pada kesehatan mental. Jika kita tidak mampu mengelolanya, maka akan terjebak pada negative bias yang membuat kita cenderung hanya mengingat pengalaman buruk, sehingga tenggelam dalam rasa cemas bahkan hingga depresi. Dengan mengenali dampak dari bias kognitif, kita bisa mulai membangun cara berpikir yang lebih seimbang dan sehat secara emosional.

Meminimalisir Bias Kognitif

Bias kognitif pada akhirnya akan tetap menjadi bagian dalam proses kita dalam membuat keputusan. Hal itu akan terus melekat dan cara terbaik adalah dengan meminimalisirnya. Berikut ini beberapa tips untuk meminimalisir dampak bias kognitif:

  • Kesadaran Diri, kenali bahwa kita rentan terhadap bias, terutama saat emosi sedang tinggi.
  • Mencari Perspektif Lain, diskusikan ide dengan orang yang berbeda pandangan.
  • Gunakan Data Objektif, ambil keputusan berdasarkan fakta, bukan intuisi semata.
  • Berpikir Kritis, tanyakan “mengapa” dan “bagaimana” pada asumsi yang kita buat.
  • Tunda Keputusan Penting, beri waktu untuk berpikir dan mengevaluasi lebih dalam.

Mengutip dari apa yang disampaikan Daniel Kahneman, ia menekankan pentingnya menjaga kesadaran ini, “The best we can do is to be aware of our biases and try to compensate for them“. Jadi tentu saja kita tidak akan terlepas dari bias kognitif, yang terpenting tetap berpikir kritis dan objektif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *